Tak heran jika Indonesia dijuluki sebagai rajanya nikel dunia. Sebab, pada tahun 2020 saja, Indonesia mampu memproduksi nikel sebanyak 760 ribu ton dan berkontribusi sebesar 30% pada produksi nikel dan bahkan 22% jumlahnya adalah cadangan global.
Untuk menjaga kekayaan alamnya ini, pemerintah Indonesia bahkan memberikan larangan dalam mengekspor bijih nikel pada awal tahun 2020. Larangan tersebut memiliki tujuan baik yakni untuk menggenjot perusahaan smelter di dalam negeri agar terus berkembang dalam mengolah nikel menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah.
Hingga saat ini, kebutuhan dunia dalam negeri maupun global semakin meningkat. Pada akhirnya, nikel sendiri memiliki prospek yang baik di masa depan hingga harganya terus melejit. Kenaikan harga nikel ini dipicu oleh tingginya permintaan baterai lithium yang berasal dari nikel. Adapun baterai tersebut merupakan komponen terpenting electric vehicle atau mobil listrik.
Rusman, Direktur Utama Nice Nickel Indonesia (NNI) turut merasakan dampak dari kenaikan harga nikel ini. Dikutip dari aktual.com, dirinya mengatakan bahwa kinerja perusahaan mendapat sentimen positif terkait kenaikan harga nikel. Bahkan, bekerja sama dengan pihak smeter, perusahaannya mendapatkan perjanjian penjualan nikel dengan jumlah besar.
Walaupun pandemi melumpuhkan perekonomian Indonesia maupun dunia, namun produksi kendaraan listrik terus berjalan. Artinya, nikel terus menerus memiliki demand yang diminta oleh dunia. Bukan hanya nikel yang memiliki sentimen positif, tapi mineral lainnya seperti batubara juga merasakan hal serupa.
Untuk batubara, pemerintah bahkan telah menetapkan harga acuan (HBA) untuk bulan April 2021 sebesar US$ 86,68 per ton. Angka tersebut naik sebesar 2,61% jika dibandingkan bulan Maret 2021 yakni US$ 84,47 per ton. Melonjaknya harga ini seiring dengan kenaikan harga nikel yang diprediksi akan terus meningkat seiring kebutuhan akan industri kendaraan listrik juga diminati.
Dua mineral ini sama-sama dibutuhkan untuk berjalannya industri smelter. Untuk mengolah nikel, maka perlu menghidupkan smelter. Agar proses pemurnian nikel berjalan maka dibutuhkan batubara sebagai bahan pokok penghidup smelter. Semakin banyak nikel yang diminta, maka semakin banyak pula batubara yang diperluan. Permintaan banyak, maka harga pun ikut naik!
Dapat dikatakan bahwa dua mineral ini akan mendulang cuan yang tinggi. Apakah kamu tertarik untuk menggeluti bisnis dari kedua mineral ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H