Melon merupakan tanaman introduksi atau tanaman dari negara lain yang dibudidayakan di negara kita. Pada awal pembudidayaannya di Indonesia, benih melon harus didatangkan dari luar negeri.
Tentu saja harga benih ini menjadi mahal. Konsekuensinya, harga buah melon juga mahal dan hanya terjangkau oleh kalangan berpendapatan menengah ke atas.
Kultivar melon yang ada di Indonesia awalnya dikembangkan untuk menekan biaya produksi, terutama harga benih yang saat itu begitu mahal. Dengan adanya benih murah, diharapkan harga buahnya menjadi lebih murah dan terjangkau oleh lebih banyak kalangan.
Tetua dari kultivar yang beredar di masyarakat saat ini berasal dari berbagai negara, seperti Taiwan, Jepang, Thailand, Australia, dan Amerika Serikat. Melalui rekayasa genetika, dihasilkan melon yang kualitasnya lebih baik dan sesuai dengan kondisi alam di Indonesia.
Saat ini ada ratusan, bahkan mungkin ribuan kultivar melon di dunia, termasuk Indonesia dan jumlahnya terus bertambah.
1. Apollo
Melon Apollo merupakan melon hibrida yang dapat tumbuh optimal di dataran rendah, atau kurang dari 300 mdpl. Batang tanaman ini bulat, berwarna hijau, dan berdiameter 0,55-0,65 cm.
Daunnya bulat, dengan ukuran sekitar 18 X 21,3 cm. Daun yang berwarna hijau ini permukaannya halus dengan ujung tumpul dan tepi daun berombak.
Pada saat berumur 25-35 hari, tanaman ini sudah mulai berbunga. Bunga ini baik jantan maupun betinanya berwarna kuning. Setelah penyerbukan, bunga ini tumbuh menjadi buah yang dapat dipanen seminggu sebelum berumur dua bulan.
Bentuk buahnya lonjong dengan ukuran 23 X 16 cm. Kulit buahnya mulus, tidak berjaring, berwarna kuning. Dari warna kuning pada kulitnya ini, melon Apollo sering disebut melon Golden.
Buah ini tidak beraroma, tetapi rasa daging buahnya manis. Setelah dipanen, buah semangka Apollo dapat bertahan sampai lima hari jika disimpan pada suhu kamar.