Eksplorasi air sebagai bahan baku utama dalam pengembangan baterai ramah lingkungan
Baterai merupakan salah satu bagian dari kehidupan masa saat ini yaitu kehidupan modern, kehidupan saat ini menyediakan baterai sebagai energi bagi perangkat elektronik, salah satu contohnya ponsel hingga mobil listrik dan motor listrik bahkan sepeda listrik. Namun dengan adanya baterai dapat meningkatkan kesadaran terhadap dampak lingkungan dari penggunaan baterai. Baterai ramah lingkungan merupakan solusi yang berkelanjutan dengan adanya permasalahan dalam kehidupan saat ini. Salah satu tantangan pengunaan baterai saat ini yang telah kita hadapi yakni, keterbatasan sumber bahan baku.
Baterai ramah lingkungan sering kali tergantung kepada bahan baku yang sulit di dapat dan terbatas, serta permintaan yang meningkat dari pasar yang sering kali melebihi ketersediaan. Selain itu, perubahan iklim juga dapat mempengaruhi keterbatasan bahan baku saat ini. Misalnya sodium sebagai alternatif lithium yang menawarkan kelebihannya dalam proses ekstraksi yang dapat menimbulkan dampak lingkungan karena tidak dilakukan dengan berkelanjutan. Ketersediaan bahan baku yang ramah lingkungan akan menghasilkan baterai yang lebih efisien dan berkelanjutan.
Persediaan bahan baku sangatlah dibutuhkan bagi perusahaan, sebab jika tidak tersedia maka akan menghambat kegiatan produksi untuk menghasilkan suatu produk. Produksi merupakan suatu pengelolaan bahan dasar yang menghasilkan produk yang siap dijual, jika ketersediaan tidak terhambat maka perusahaan akan memenuhi target produksi yang telah ditetapkan. Peningkatan bahan baku yang sesuai dengan permintaan maka akan akan memicu beberapa faktor dari internal maupun eksternal. Maka perusahaan tidak akan mengalami kesulitan bahkan kebangkrutan dan tidak akan mengalami penaikan harga (Tutut & Tetty, 2019).
Eksplorasi air merupakan salah satu bahan baku dalam penggunaan baterai ramah lingkungan. Langkah utama dalam menghadapi perubahan iklim dan energi berkelanjutan, dengan meningkatkatkan energi bersih dan baterai efisien serta ramah lingkungan. Dalam konteks paling utama dalam baterai ramah lingkungan yaitu energi terbarukan dan kendaraan listrik. Air khusus yang mengandung lithium telah diidentifikasi untuk menjadi sumber potensial sebagai pengembangan baterai. Air lithium yang diekstrak menjadi sumber air telah fokus dalam pengembangan teknologi yang menyimpan energi berkelanjutan.
Potensi air lithium untuk sumber bahan baku baterai ramah lingkungan
Air lithium seperti brine atau air garam dan air laut,air tanah liat, mineral yang memberikan potensi bahan baku alternatif yang berkelanjutan sebagai pengembangan baterai alami. Proses ini tidak hanya merupakan alternatif terhadap metode ekstraksi tradisional yang berbahaya bagi lingkungan, tetapi sangat mengurangi sumber daya yang tidak diperlukan. Air lithium mempunyai karakteristik yang berbeda beda sehingga air lithium terdapat dalam bentuk senyawa dan bahan baku industri lainnya. Dalam dunia terdapat banyak cadangan lithium, yang diketahui negara produsen utama terbesar sampai sekarang 14 juta ton. Ekstraksi lithium terbesar masih terjadi dari sumber mineral berupa air garam.
Dalam indonesia air lithium tidak tercantum dalam mencapaian cadangan lithium di dunia, serta indonesia tidak tercantum sebagai negara yang memiliki cadangan deposite lithium. Karena indonesia memilik empat sumber daya alam yang dilakukan dari berbagai tujuan untuk mengetahui jenis deposit lithium yang memperkirakan besarannya (Salafudin,2021). Fokus air lithium sangat penting dalam transisi menuju penyimpanan teknologi energi yang lebih hijau, salah satunya proses ekstaksi sangatlah ramah lingkungan. Adapun jenis baterai lithium --air yaitu non aqueous, pada tahun 1996 abraham dan jiang peniliti pertama kali menggunakan elektrolit dengan baterai Li-O2 nonaqueous sebagai pengganti elektrolit berair.
Baterai lithium-ion sangatlah banyak dikalangan pasar, dampak lingkungan mulai proses ekstraksi dan produksinya mendorong para peneliti untuk menemukan berbagai alternatif yang berkelanjutan. Baterai lithium-ion banyak digunakan diberbagai perangkat dan kendaraan listrik yang memiliki banyak masalah serius. Proses ekstraksi lithium dari sumber seperti air garam memerlukan banyak air dan energi sehingga dapat menurunkan kualitas air tanah yang berdampak negatif pada ekosistem lokal. Namun nyatanya, EVBox mengungkapkan Selasa (12/09/2023) banyak peneliti yang menunjukkan bahwa produksi baterai EV (lithium-ion) mampu menghasilkan lebih banyak karbon dibandingkan berbahan bakar bensin. Hal ini disebabkan besarnya energi yang dibutuhkan dalam menyiapkan proses pembuatan baterai EV.
Teknologi ekstraksi air dalam pengembangan baterai ramah lingkungan
Pengembangan baterai ramah lingkungan dan penggunaan air laut sebagai elektrolit merupakan poros utama dalam upaya mengurangi dampak lingkungan dari teknologi penyimpanan. Inovasi lainya adalah penggunaan air, khusunya air laut sebagai elektrolit pada baterai, penelitian terkini menunjukkan bahwa air dapat menggantikannya. Selain itu, inovasi yang paling menjanjikan yakni penggunaan air sebagai sumber bahan baku pembuatan baterai. Teknologi ekstraksi air salah satunya desalinasi dapat menyiapkan sumber daya air yang dibutuhkan dalam proses ekstraksi.
Desalinasi air laut merupakan memisahan air tawar melalui filtrasi dan reverse osmosis. Proses ini merupakan perubahan fasa air dan menggunakan membran semi permeabel untuk memisahkan air tawar. Instalasi meliputi peralatan seperti pompa, saringan, pipa air, tangki penyimpanan, dan panel distribusi listrik (Arinugroho,2004). Tantangan dalam proses desalinasi salah satunya tingginya konsumsi energi, tetapi inovasi terbaru saat ini memasukkan sumber energi terbarukan seperti tenaga surya yang lebih efisien baik. Misalnya, pabrik mengububah air laut menjadi air tawar dengan menggunakan panel surya sehingga teknologi yang digunakan sangatlah ramah lingkungan dan tidak berdampak buruk terhadap masyarakat setempat.
Dengan tersedianya air tawar dalam proses desalinasi sebagai industri baterai dapat dimanfaatkan untukmengurangi ketergantungan pada bahan baku berbahaya, sehinggga tidak merusak lingkungan sekitar. Air juga dapat digunakan dalam elektrolit baterai dan mengurangi jejak karbon akibat ekstraksi dan bahan baku lama. Meskipun menggunakan air laut dapat mengurangi ketergantungan terhadap mineral berbahaya dilingkungan sekitar namun, proses desalinasi sangat mempengaruhi lingkungan disekitar. Limbah desalinasi dapat mencemari ekosistem laut jika tidak ekstraksi dengan baik maka, penting untuk menggunakan langkah langkah mitigasi biologis dan ramah lingkungan. Eksplorasi air, khusunya air laut digunakan untuk menjadi sumber bahan baku pengembangan baterai ramah lingkungan dan membuka peluang baru dalam teknologi penyimpanan energi. Seiring kemajuan teknologi daur ulang lebih digunakan dalam ekstraksi laut, tetapi dapat menciptakan solusi yang berkelanjutan serta kebutuhan energi di masa depan tercukupi. Penelitian dan kolaborasi antara peneliti, dunia usaha serta pihak yang mungkin berwenang sangatlah penting untuk mencapai potensi air menjadi baterai dan mengatasi tantangan saat ini.
Eksplorasi air sebagai bahan baku utama dalam pengembangan baterai ramah lingkungan
Eksplorasi air sebagai bahan baku utama dalam pengembagan baterai melalui proses desalinasi menyatakan bahwasanya air laut sebagai pembangkit listrik yang dapat menjadi solusi baru serta berkelanjutan. Penelitian menyatakan bahwa baterai yang menggunakan proses ekstrasi laut memiliki kinerja yang lebih baik dibangdingkan dengan baterai elektroda kimia negatif. Desalinasi air laut menjadi air tawar dapat digunakan untuk penyiapkan sumber daya bahan baku utama. Teknik seperti reverse osmosis dan pencahayaan multi-tahap dapat menhilangkan sedimen baterai. Sehingga, dalam meningkatkan kapasitas tersebut tantangan yang menyerupai biaya tinggi dan kebutuhan akan teknologi baik dapat berdampak lingkungan.Selain itu, penelitian lain dapat mendukung teknologi baru, eksplorasi air sebagai sumber bahan baku utama untuk mengembangkan baterai ramah lingkungan tidak hanya dapat mengurangi dampak lingkungan dan produksi baterai konvensional atau baterai kimia negatif. Tetapi juga akan memperkuat sektor lautan dan akses air kimunitas lebih berkembang menjadi sumber daya yang berguna dalam transisi meuju energi yang lebih berkelanjutan.
Daftar Pustaka
Anista T, Widiastuty T. (2019). Analisis Pengelolaan Persediaan Bahan Baku untuk Meningkatkan Produksi guna Memenuhi Permintaan Konsumen pada UD Nanda Putri Srengat Blitar. Jurusan Manajemen, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesuma Negara
Nugroho Ari. (2004), Uraian umum tentang teknologi desalinasi. Jurnal pengembangan energi nuklir Vol.6 No.3
Salafudin.(2021). Sumberdaya Alam Lithium Indonesia. Rekayasa hijau : Jurnal teknologi ramah lingkungan Vol.5 No.2