Pulau kecil ini tidak seberapa luas. Kurang lebih 5000 meter persegi atau setengah hektar. Terletak 8 mil sebelah barat Kota Sorong. Satu dari ratusan pulau di gugusan kepulauan Salawati. Dapat dijangkau dengan alat transportase laut berupa perahu motor tempel. Kalau berkekuatan 40 PK hanya dalam tempo 55 menit sudah bisa menginjakkan kaki di daratan pantai berpasir putih, sejauh 1.300 meter mengikuti pantai landai ke arah laut. Tapi jika menggunakan perahu dengan dorongan mesin katinting kurang lebih dua jam.
Kira-kira 1 mil penampakan dari atas perahu yang kami tumpangi(foto prbd)
Dari Kota Sorong anda dapat melihat di kejauhan bentuknya seperti sebuah bukit kecil pepohonan terapung diatas air. Bersebelahan dengan pulau Jefman. Lokasi landasan terbang lama peninggalan belanda sebelum beroperasinya Bandara Domine Eduard Osok di Kota Sorong. Pulau ini tadinya dijadikan pusat latihan selam oleh Tim Diving Kota Sorong Pimpinan Edy Kudubun, mantan komandan KPLP Sorong awal tahun 90-an. Bahkan pernah jadi lokasi mangkal Mr. Ammer warga keturunan Belanda yang merambah bisnis wisata bahari di kawasan perairan kepala burung. Kini dia menetap di Pulau Manswar Kabupaten Raja Ampat.
Saat mendarat di pantai pulau Matan(foto prbd)
Sekarang pulau kecil itu dihuni dua kakak beradik Markus Inas (85) dan Sefnath Inas (80). Mereka berdua memang sejak dulu sudah berada di pulau itu. Setelah dibongkarnya home stay yang dibangun Mr. Ammer sekitar tahun 2000-an, keduanya membangun pondok kayu beratap daun rumbia sebagai tempat tinggal sambil mencari ikan di perairan seputar pulau kecil itu, sekaligus menjaganya dan memandu warga Kota Sorong yang bertamasya ke sana.
Pantai Pair Putih Pulau Matan. Anak-anak sedang menikmati keindahannya. Mandi dan berkejaran di atas pasir.(foto prbd)
Terumbu karang bawah laut di pulau Matan cukup indah dan masih alami. Air di tepi pantai jernih kebiruan. Menyelamdisepanjang garis pantai pun bisa menyaksikan gugusan terumbu karang aneka macam yang masih asli dengan beribu biota laut mempesona. Setiap hari hampir 3 sampai 5 perahu mengangkut warga Kota Sorong berpiknik sambil memancing. Karena perairan sekeliling pulau itu terkenal banyak ikannya. Terutama kerapu dan kakap merah yang menjadi kesukaan orang Kota Sorong.
Minggu kemarin (09/11/14) saya sempat ke pulau kecil ini. Bersama anggota kelompok ibadah kerukunan se Distrik Oridek dari Biak Timur yang berada di Sorong. Melaksanakan ibadah padang atau ibadah di alam terbuka. Tidak kurang 300 anggota menghadirinya. Berangkat dari Kota Sorong sekita jam 09.00 wit tiba jam 10.00 wit. Anggota kerukunan sudah ada yang bermalam sehari sebelumnya di pulau kecil itu, karena mereka ingin memanfaatkan kesempatan untuk mancing. Cukup banyak juga hasil tangkapan yang mereka dapat. Bahkan menjadi lauk di makan siang usai ibadah.
Saat ibadah padang anggota kerukunan(foto prbd)
Potensi wisata di pulau kecil Matan cukup besar. Namun sayang belum mendapat lirikan investor di dunia pariwisata bahkan Pemerintah Kota atau juga Kabupaten. Tidak ada sarana yang memadai menunjang lokasi itu menjadi tempat wisata yang nyaman. Yang ada hanya pondok dari atap rumbia, dengan topanan tiang kayu buah yang sangat sederhana. Fasilitas MCK pun tidak ada. Meski begitu tak sedikit orang di Kota Sorong bahkan kampung-kampung di pulau sekelilingnya terus saja membanjiri lokasi itu. Selain bertamasya juga menjadi tempat pelaksanaan ibadah dan sakramen pembabtisan bagi mereka yang baru menjadi anggota gereja terutama di kalangan aliran karismatik seperti Pantekosta, Gereja Baptis dan lainnya. Minggu kemarin ada juga yang melaksanakan sakremen pembaptisan itu selain ibadah kerukunan kami.
Salah satu perahu bermotor tempel yang menjadi alat transportase ke Matan(foto prbd).
Saya membayangkan jika Pemerintah Daerah atau investor ada yang berani berinvestasi di pulau kecil ini (Matan), dengan membangun sarana dan prasarana serta fasilitas yang representatif, maka akan bisa mendekati daya tarik pulau-pulau wisata di kawasan kepulauan Seribu Jakarta Utara, atau Kayangan di Makasar juga Bawean di Jawa Timur. Lewat Kompasiana ini saya usulkan kepada Group Pancing Mania Trans 7 untuk sesekali jadikan perairan sekitar Matan sebagai lokasi pancing dalam program ke depan. Yakin, Pancing Mania tidak akan menyesal mengambil lokasi ini karena memang banyak populasi ikan di sana, terutama untuk pancing dasar. Kedua kakak beradik yang menghuni pulau itu, adalah pawang pancing yang tahu persis lokasi ikan kerapu, bubara dan lainnya. Ketika saya ikut mancing di situ, sayapun dipandu mereka berdua dan terbukti mereka tahu tempat-tempat ikan kerapu, kakap merah dan lainnya.
Mengapa sengaja saya perkenalkan pulau Matan. Tidak kalah indah dengan Pulau Manswar di Raja Ampat. Pulau Matan juga memiliki pantai pasir putih yang panjang sejauh 1.300 meter dikelilingi terumbu karang yang alami. Jika air surut terumbu karang itu tampak di permukaan dan memperlihatkan panorama yang romantis serta eksotik. Bila anda sendirian duduk di bawah pohon nyiur tepi pantai sambil menyaksikan, anda akan mendengar alunan serunai indah, desir ombak berbaur siulan daun nyiur terpaan angin semilir serta kicauan burung camar putih yang hinggap di atas pasir putih sepanjang pantai. Membuai anda bisa lelap di atas permadani pasir. Anda akan menikmati keindahan yang mempesona.
Semoga dengan program pemerintahan sekarang yang juga memprioritaskan pembangunan kawasan maritim, pulau-pulau yang ada di Indonesia termasuk Matan bisa menjadi lokasi sasaran disamping sebagai pangkalan pemberdayaan nelayan yang ada, juga obyek wisata.
Indah dan mempesona negeriku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H