Lihat ke Halaman Asli

Eko Adri Wahyudiono

TERVERIFIKASI

ASN Kemendikbud Ristek

Rahasia Gusti Raden Ayu Kamelia Fadila dan Gadis Penari Nasyabilla (Bagian 1)

Diperbarui: 17 Juni 2024   23:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Nasyabilla, paling belakang kiri dalam Tampilan Tari Bedhaya di Keraton Jawa Tengah. Sumber gambar dari Katadata.co.id

"Nama lengkap saya Nasyabilla Rizqita Hayyu"

Mendengar jawaban perkenalan diri dari salah satu dari lima penari yang sedang duduk bersimpuh di hadapannya membuat mata Gusti Raden Ayu Kamelia Fadila terlihat kaget dan langsung menatap tajam tanpa berkedip pada sosok gadis jelita yang telah mencuri perhatiannya.

Selama beberapa hari, beliau memang mengamati dengan sepenuh hati dan ingin tahu, apakah 5 mahasiswi UGM yang sedang belajar menari tradisional Keraton itu sudah benar-benar menguasai gerakan dan luwes.

Satu penari paling cantik yang bernama Nasyabilla ternyata membuatnya kagum dan menarik hatinya. Gerakan anggota tubuhnya sangat lentur seperti penari profesional Keraton.

Namun, begitu tahu nama lengkapnya dari tanya jawab di Pendopo Keraton tadi siang saat beristirahat, hati G.R.Ay Kamelia Fadila menjadi bercampur aduk menjadi tidak karuan rasanya dan memori lamanya muncul di dalam pikirannya.

Sepekan lalu, Raden Mas Gusti Rhevangga, putra pertama dari kakaknya yang menjadi dosen di Universitas Gadjah Mada telah meminta tolong pada G.R.Ay Kamelia Fadila agar bersedia menjadi pembimbing bagi 5 mahasiswi dari kampusnya untuk belajar dan menguasai Tarian Bedhaya, yaitu tarian tradisional Jawa Tengah yang rencananya akan ditampilkan pada acara Malam Gelar Budaya Keraton dalam waktu dekat.

Suasana Pendopo Keraton pada siang hari yang sepi dan sejuk itu menjadi semakin lengang karena perubahan ekspresi wajah pada Gusti Raden Ayu Kamelia yang tadinya ramah, ceria dan banyak bercerita, tiba-tiba kali ini berubah menjadi pendiam.

Sorotan tajam mata beliau seperti menguliti satu-persatu para penari yang berasal dari Universitas Negeri favorit di Yogyakarta yang sering disebut sebagai Kampus Biru tersebut mulai dari ujung kaki sampai kepala.

"Mohon maaf Gusti Ayu! Apakah kami semua bisa diizinkan untuk meneruskan latihan menari Bedhaya sebelum masuk sesi gladi bersih?"

Suara Nafila Nuraulia, perempuan paruh baya yang bertugas menjadi Abdi Dalem Mataya, yaitu orang yang bertugas melatih atau menampilkan tarian tradisional bagi warga di Istana Keraton tiba-tiba memecahkan kebekuan suasana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline