Lihat ke Halaman Asli

Eko Adri Wahyudiono

TERVERIFIKASI

ASN Kemendikbud Ristek

Bulan Ramadan yang Tidak Dirindukan

Diperbarui: 11 Maret 2024   22:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merindukan datangnya bulan Ramadan. Sumber gambar Kompas. Com

"Hadeeh, perasaan baru bulan Ramadan, dan udah lebaran,..eh..ini Ramadan sudah datang lagi", atau "Wah, bulan Ramadan sudah keburu datang!, mana belum siap lagi! Juga belum melunasi hutang puasa nih".

Itu di atas adalah celetukan yang terdengar secara tidak disengaja saat mendengar pembicaraan dua orang emak-emak yang sepertinya sedang saling curhat isi hati masing-masing. Jika mau jujur, sebenarnya itu juga mewakili isi hati beberapa dari kita yang masuk kategori orang yang tidak merindukan datangnya bulan Ramadan.

Bulan Ramadan dianggap sebagai hal yang "mengganggu" kesenangan diri kita. Bagaimana tidak, banyak larangan dan aturan yang harus kita patuhi di saat umat muslim yang beriman diperintahkan untuk berpuasa untuk tidak makan dan minum mulai sebelum matahari terbit sampai matahari terbenam.

Hal itu harus dilaksanakan selama 30 hari penuh selama bulan Ramadan. Berat, kan? Itu baru secara fisik. Belum puasa secara rohani, yaitu menahan semua hawa nafsu diri agar terkendali mulai dari hati, pikiran, perbuatan, semua panca indera dan juga harus memperbanyak amalan dengan sedekah,salat sunnah taraweh, tadarus atau khataman Al Qur'an.

Kita yang tadinya bebas mengumbar semua hawa nafsu kita, pada bulan ini terpaksa semua harus dikekang. Sikap "semua gue" kitadalam berbicara, berpikir, berperilaku, kali ini harus benar-benar ditahan.

Bagaimana jika tidak mau?

Ya, nggak papa juga sih! Toh, berpuasa di bulan Ramadan tidak diwajibkan pada orang muslim, kecuali mereka orang muslim yang beriman saja kok! Bagi yang tidak mau ya terserah mereka. Mau berpuasa karena Allah SWT. Demi terlihat solih dan solihah serta beriman atau ada tujuan lainnya.

Banyak yang saya temui, khususnya pada anak-anak sekolah yang secara sembunyi makan siang beramai-ramai di sebuah warung yang tertutup. Saat saya tanya mengapa tidak berpuasa, jawabannya bervariasi.

Ada yang karena tidak kuat menahan lapar, dan takut kurus atau sakit. Yang menyedihkan malah ada yang menjawab, " Dapat apa juga ikut berpuasa, pak?" Fenomena yang menyedihkan, kan? Sudah kecenderungan dan sifat manusia untuk mencoba-coba dan melanggar perintah atau mendobrak aturan baik agama, norma, hukum dan adat.

Coba saja amati sebagai contoh sederhana saat berlalu lintas. Traffic light warna apa pun pasti akan diabaikan. Saat lampu berwarna merah ya diterobos saja. Belum hijau sudah berjalan. Warna kuning seharusnya mulai berhenti, eh, malah mempercepat laju kendaraan dan pelanggaran lainnya. Itu baru satu contoh analogi perilaku kita

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline