Lihat ke Halaman Asli

Eko Adri Wahyudiono

TERVERIFIKASI

ASN Kemendikbud Ristek

"Ada Murid Nakal?! Dicukur Gundul Saja Biar Kapok!"

Diperbarui: 14 September 2023   11:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi memotong rambut. (Alter_photo via Kompas.com)

Dalam keheningan kelas di saat kegiatan belajar mengajar, tiba-tiba masuklah serombongan guru yang bertugas dan tergabung dalam tim ketertiban sekolah untuk merazia kerapian atribut seragam sekolah pada murid dari kelas per kelas.

Seperti sudah diperkirakan, berdasarkan pemantauan sebelumnya, banyak diketemukan berbagai pelanggaran dalam aturan seragam dan khusus murid cowok, justru banyak yang kena razia pada rambut mereka.

Meskipun merasa terpaksa, beberapa rambut siswa yang dianggap "gondrong", harus merelakan dipotong oleh guru dalam gugus Kamtib di satu sekolah tersebut.

"Murid nakal? Dicukur gundul saja biar kapok!"

Semua pasti pernah mendengar kalimat di atas yang berimplikasi pada satu bentuk provokasi bagi pihak lain agar memotong rambut murid yang dikategorikan "nakal" atau tidak disiplin.

Anehnya, meskipun tidak termasuk kategori murid yang nakal, hanya karena punya rambut gondrong atau panjang, juga berimbas pada pengguntingan tak teratur pada rambut mereka.

Saya yakin bahwa murid yang terazia cukur rambutnya, pasti mengomel, tidak terima, marah kecewa atau bentuk ekspresi lainnya. Hanya saja, semua perasaan itu dipendam dalam hati mereka.

Menyimak adanya berita kasus penggundulan masal murid yang tidak disiplin di SMPN 1 Maniis, Purwakarta Jawa Barat oleh Babinsa dari Koramil, telah memicu protes para orangtua dan wali murid yang tidak terima dan merasa perlakuan itu BUKAN sebagai bentuk dalam ranah "mendidik" para murid.

Ingat, kasus ini bukan hanya terjadi pada murid cowok saja, melainkan juga pada murid putri di salah satu sekolah di Lamongan. Mereka juga dicukur oleh guru putri hanya karena tidak memakai ciput (lapisan dalam hijab).

Setelah terjadi protes para orangtua, Guru putri tersebut, akhirnya dinonaktifkan dan tidak boleh lagi mengajar meskipun niatnya dianggap baik, tapi tindakannya dalam konteks kurikulum merdeka belajar ini dianggap salah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline