Lihat ke Halaman Asli

Eko Adri Wahyudiono

TERVERIFIKASI

ASN Kemendikbud Ristek

Suasana Ramadan Masa Kecil di Komplek Militer

Diperbarui: 2 April 2023   15:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sahabat masa kecil di komplek milter Surabaya. Dokumen pribadi.

"Fabi ayyi aala'i Rabbikuma tukadziban", yang artinya Nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan? (QS Ar Rahman ayat 10-13).

Memasuki sepuluh hari kedua yang penuh ampunan di bulan Ramadan ini, alhamdulillah jiwa dan raga kita rasanya semakin fit dan sehat karena manfaat tersembunyi lainnya dari ibadah puasa bagi tubuh adalah detoksinasi.

Itu adalah pengeluaran racun di dalam tubuh secara alami akibat banyak zat berbahaya dari luar yang masuk dalam tubuh dan mengembalikan fungsi organ tubuh pada kondisi semula. Ibarat komputer, kita di-reset lagi sistem kerja tubuh kita agar semakin prima.

Termasuk juga jiwa yang kembali menjadi bersih dari sifat iri, dengki, marah, jahat, malas, kikir, tamak dan masih banyak lagi. Semua itu berkat bulan suci ramadan yang penuh berkah ini.

Dalam Surat Ar Rahman, Kalimat "Nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan?", itu diulang sampai 31 kali. Itu artinya jika kita tidak pandai dalam mensyukuri nikmat Allah SWT, maka kita akan termasuk pada golongan orang yang merugi.

Dalam duduk bertafakur selepas salat duhur, dengan suasana mendung yang menurunkan hujan gerimis, saya mencoba untuk mengingat kembali nostalgia masa kecil saat bulan ramadan di komplek militer di Surabaya

Ayah adalah seorang militer dan sering berpindah tugas keliling nusantara, sehingga masa kecil sampai remaja, saya habiskan di komplek perumahan milik Komando Daerah Militer V (Kodam) Brawijaya di Surabaya.

Kehidupan keluarga militer yang saya terima, sangatlah keras dan itu membuat saya menjadi lebih disiplin. 

Rentang tahun 1972 sampai dengan 1986, itu adalah nostalgia terindah masa kecil saya yang tidak bisa dibandingkan dengan masa remaja anak milenial saat ini.

Mengapa demikian?

Bayangkan saja, pada era itu, saat menjalankan ibadah puasa wajib, karena tidak adanya atau minimnya media elektronik sebagai sumber informasi, waktu sahur dan berbuka sangatlah tidak akurat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline