Setiap orang, semenjak masih kecil dan berproses tumbuh berkembang secara fisik, pastilah mempunyai cita-cita. Masalah cita-citanya saat dewasa kelak yang pada waktunya itu bisa terwujud atau tidak adalah satu hal yang berbeda.
Di saat perkembangan kognitif tidak sebanding dengan pertumbuhan secara fisik, maka bisa dipastikan cita-cita mereka kelak ingin menjadi apa, sering kali berubah-ubah pada setiap tingkatan kecerdasan mereka yang juga ikut berubah.
Katakanlah, saat masih berada di bangku sekolah dasar atau sekolah menengah, cita-cita yang dinginkan secara bawah sadar dipengaruhi oleh kemampuan visual dalam mendapatkan bentuk jati dirinya. Mereka melihat bahwa uniform (seragam) suatu profesi adalah panggilan pikirannya.
Seiring dengan meningkatnya kemampuan kognitif mulai dari berfikir logis, analisa, membaca data dan membuat kesimpulan sebelum menentukan suatu keputusan dalam banyak hal, khususnya menyangkut bagaimana bisa mewujudkan cita-cita hidupnya adalah satu komplikasi tersendiri bagi setiap individu.
Banyak yang memang tidak punya cita-cita, alias memasrahkan dirinya pada nasib. Mau jadi apa kelak di masa depan tidak mau memikirkannya. Ada hal logis tentang hal itu. Sebab bila dipikirkan, bisa jadi semakin menakutkan dan merasa dirinya tidak siap bila gagal dalam mewujudkan cita-citanya kelak.
Semakin dewasa dalam berfikir, semakin menyadari pula bahwa dalam mewujudkan cita-cita itu seperti menulis pada buku kehidupan yang dengan halaman kertas yang masih kosong, putih bersih dan beraroma harum.
Pengorbanan diperlukan untuk mencetak 'buku takdirmu'. Ada biaya, tenaga, waktu, pikiran, dan beban hati yang akan membuatmu jatuh ke titik nol. Dari situ, tinggal kita semua, mau bangkit atau tersungkur demi cita-cita.
Diperlukan ada perencanaan dalam menentukan judul cita-cita diri, halaman persembahan, rencana daftar isi dan membaginya dalam bab per bab kehidupannya. Di dalam klimaknya, juga akan dipenuhi permasalahan kehidupan berserta solusi dalam mengatasinya.
Namun, harus diingat bahwa buku kehidupan juga akan ada bab penutupnya sebagai pengingat diri. Pengambilan kesimpulan mulai dari memilih cita-cita sampai mewujudkannya, akan tertuang dalam bagian saran dan pesan untuk generasi setelahnya.
Maka dari itu, segera tulislah buku cita-cita selagi muda. Tentu saja dengan mempelajari banyak referensi mulai dari pengalaman orang lain, guru, agama, norma kehidupan dan sumber lainnya yang akan membuat buku cita-cita menjadi indah, bermakna dan bermanfaat bagi orang lain.