Senja merayap pelan di atas langit, meninggalkan jejak keemasan yang mulai memudar di cakrawala. Di sebuah rumah besar di pinggiran kota, Nareswari, seorang wanita muda yang dikenal cantik, baik dan alim, sedang duduk di ruang tamunya. Dengan rambut terikat rapi dan pakaian sederhana, tak ada yang menyangka bahwa di balik senyum lembutnya, ada rahasia gelap yang siap meledak kapan saja.
Nareswari menyusuri lorong rumahnya dengan langkah pelan, memastikan bahwa setiap sudut bersih dan rapi. Pandangan matanya singgah pada sebuah ruangan kecil di ujung lorong. Ruangan itu selalu terkunci rapat, dan hanya Nareswari yang memiliki kunci untuk membukanya. Di balik pintu itu, ada dunia lain yang tersembunyi dari pandangan orang lain. Dunia di mana Nareswari adalah penguasa mutlaknya, tempat di mana dia merencanakan dan melaksanakan kejahatan-kejahatan yang tak terbayangkan oleh siapa pun.
Ketika malam semakin larut, Nareswari memasuki ruangan tersebut. Cahaya lampu remang-remang menerangi meja besar yang dipenuhi dengan peta, foto-foto, dan catatan-catatan yang tersebar. Di sudut ruangan, ada sebuah lemari besi yang terkunci, menyimpan bukti-bukti kejahatan yang tak pernah diketahui oleh siapapun kecuali dirinya sendiri. Dengan tangan yang terampil, Nareswari mulai menyusun rencana berikutnya, rencana yang akan membuatnya semakin dekat dengan tujuan akhirnya.
Tidak ada yang tahu bahwa di balik wajah manis dan sikap ramah Nareswari, tersembunyi sosok psikopat yang dingin dan tanpa belas kasihan. Malam itu, rencana kejahatan berikutnya telah tersusun rapi. Nareswari hanya tinggal menunggu waktu yang tepat untuk melaksanakan aksinya, tanpa ada yang curiga sedikit pun.
Pagi hari di kantor Nareswari terlihat seperti biasanya. Rekan-rekannya menyapa dengan hangat dan tersenyum padanya. Nareswari membalas dengan senyum manis dan sapaan lembut. Tidak ada yang mencurigai bahwa di balik senyuman itu, Nareswari telah menyusun rencana kejam untuk menghilangkan seorang rekan kerja yang dianggapnya mengancam.
Rekan kerja itu bernama Sinta, seorang wanita muda yang cerdas dan penuh semangat. Sinta tanpa sengaja menemukan catatan-catatan aneh di meja kerja Nareswari saat mereka berdua lembur beberapa minggu lalu. Nareswari yang menyadari bahwa rahasianya hampir terbongkar, mulai menyusun rencana untuk melenyapkan Sinta.
Pagi itu, Nareswari mengajak Sinta untuk makan siang bersama di sebuah restoran yang cukup jauh dari kantor. "Aku ingin berbicara tentang proyek baru kita," kata Nareswari dengan senyum hangat. Sinta, yang tidak menaruh curiga, setuju dengan senang hati.
Di restoran, Nareswari dengan hati-hati mencampurkan racun ke dalam minuman Sinta. Dengan penuh kepura-puraan, dia berbicara tentang rencana proyek mereka sambil menunggu racun itu bekerja. Namun, nasib berkata lain. Sinta tiba-tiba mendapat telepon mendesak dari kantor dan harus segera kembali, meninggalkan minumannya yang belum tersentuh. Nareswari merasa kecewa, namun tetap tenang dan berpikir cepat untuk merencanakan langkah berikutnya.
Sinta yang mulai merasa ada sesuatu yang aneh dengan Nareswari, memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut. Dia kembali ke kantor dan membuka laci meja Nareswari saat semua orang telah pulang. Di dalam laci itu, dia menemukan beberapa catatan aneh yang mencurigakan. Tanpa menunggu lama, Sinta segera menyimpan catatan itu di tasnya dan berencana untuk menyerahkannya kepada polisi.
Nareswari yang menyadari bahwa Sinta telah mengambil catatan-catatan itu, segera mengikuti Sinta dengan diam-diam. Di jalanan yang gelap dan sepi, Nareswari mengendap-endap mendekati Sinta dan menyerangnya dari belakang. Sinta terjatuh, tetapi berhasil melawan dan berteriak minta tolong. Nareswari panik, namun dengan cepat melarikan diri sebelum ada yang datang.
Sinta yang terluka, berhasil diselamatkan oleh seorang pejalan kaki yang kebetulan lewat. Dia segera dibawa ke rumah sakit, dan polisi mulai menyelidiki kasus penyerangan ini. Sinta yang dalam keadaan sadar, memberikan catatan-catatan yang dia temukan kepada polisi dan menceritakan kecurigaannya terhadap Nareswari.