Manjakan istri dan si kecil, malam ini kuajak ke pantai. Menikmati lampu kota yang ramai pengunjung. Semua orang tentunya memiliki naluri yang sama untuk memberikan makna dan arti sebuah kebahagiaan. Apalagi di usia pernikahan yang masih mudah seperti saya, si buah hati yang umurnya belum genap satu tahun adalah kebahagiaan yang belum pernah saya dapat seumur hidupku. ini sangat luar biasa....
Menjelang puasa yang tinggal menghitung sehari (bagi kita Muslim), semoga menjadi buah kedamaian untuk hidup ber-Indonesia, bukankah kita masih dalam satu bingkai keluarga, dan tentunya kita memiliki naluri yang sama untuk merangkai makna dan arti Damai, Bersatu, serta merawatnya, seperti si buah hatiku yang umurnya belum genap setahun.
Adakah yang bisa menggambarkan ketika saya atau seorang ayah melihat si kecil tertawa seperti bayi pada umumnya. Bahagia itu yang kurindukan, kita semua merindukan.
Tidak ada menu istimewa malam ini ketika saya, istri dan si buah hati mungilku duduk di kursi cafe sederhana, hanya ada dua gelas jus alvukat yang dicampur bubuk coklat. Satu porsi gorengan bakwan seharga sepuluh ribu. Saat ngafe biasanya saya pesan minuman hangat, misalnya kopi hitam tanpa gula, atau Sarabba (minuman yang terbuat dari sari jahe). Ya, sesekali kita butuh yang segar dan dingin. Istimewa menurutku hanyalah sebuah prespektif dan mainan diksi.
Si kecilku benar-benar menikmati dan berdamai dengan malamnya, melihat-lihat kerlip lampu yang melilit pada pohon kelapa sambil tersenyum-senyum bahagia menunjuk-nunjuk. kadang berteriak untuk menarik perhatian. "bahagiana...." ucapku pada ibunya. di sebrang jalan beberapa Daeng beca(sapaan orang makassar bagi pengayuh becak) mengantri menunggu penumpang yang akan pulang, atau yang ingin berkeliling sepanjang jalan yang memang ditata untuk menikmati pantai. mereka juga berdamai dengan malamnya, tentunya mereka tidak membawa serta istri dan anaknya jika hanya sekedar menikmati kerlip lampu di pantai.
Sangat jarang saya manjakan istriku seperti ini, namun bukan berarti saya adalah tipe suami yang tidak romantis. Hahaha.... di lain waktu saya adalah suami sekaligus kekasih yang paling romantis sedunia.
Bukanlah romantis seperti yang kebanyakan digambarkan dalam industri perfilman yang mecuci kebanyakan otak remaja kita sehingga gagal paham dalam memaknai arti sebuah cinta. itu merusak, ketika cinta berubah menjadi sebuah industri yang siap dikomersilkan dengan cara- cara yang terlalu over, romantisme yang mengantarkan generasi kita buta akan kebangsaan dalam situasi yang sebenarnya.
Betullah salah satu penulis Kompasiana yang bernama Mbah Ukik menulis artikel dengan judul "Mudahnya Masyarakat dan Rumput Kering Dibakar".
Masyarakat kita butuh edukasi yang sebenarnya. Miris melihatnya jika dalam taktik politik yang memportontonkan penyebar hoaks bukan hanya mereka yang tidak berpendidikan tetapi mereka dari kalangan akademisi. inilah tontonan, dalam artikel Mbah Ukik tadi menyebutkan istilah masyarakat akar rumput, dipertontonkan oleh mereka yang menyebut dirinya praktisi, politisi, elit, dan akademisi.
Malam sudah mulai dingin, kuajak istri dan si kecilku kembali ke rumah. sebab dengan kembali kerumah rangkaian kebahagiaan dan kedamaian bisa jadi sempurna. Manyambut sucinya Ramadhan, bersuci berharap pulih seperti bayi yang lahir tanpa dosa. Biarkan segala hiruk pikuk yang berlalu terhempas ombak dan berdamai dengan malam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H