Lihat ke Halaman Asli

Mendeskriptifkan Aliran Jabariah Secara Graduol dan Funda Mental

Diperbarui: 2 Oktober 2018   17:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

  • Latar belakang kemunculan jabariah

  • Dikatakan jabariyah yang berarti memaksa di dalam almunjid dijelaskan bahwa jabariah berasal dari kata ''jabara'' yang memiliki arti memaksa atau mengharuskan melakukan sesuatu dikataan Allah memiliki sifat aljabar dalam (dalam bentuk mubalaghah), arti Allah maha memaksa.

  • Ungkapan al-insan majbur( pembentukan isim maf'ul yang akan memiliki arti manusia dipaksa atau terpaksa. Kata jabara(bentuk yang akan pertama) ,setelah ditarik menjadi jabariah (dengan menambah ya nisbah) yang artinya ialah sesuatu kelompok yang lebih lanjut Asy-syahratsany akan menegaskan bahwa setalah paham al-jabar berarti menghilangkan perlakuan manusia dalam arti yang sesungguhnya dan menyadarkannya kepada Allah SWT, dalam kata lain manusia mengerjakan sesuatu perbuatan dalam keadaan terpaksa dalam bahasa inggris disebut fatalism atau predestination iyalah bahwa perbuatan manusia akan ditentukan dari semula kada dan kadar Tuhan.

  • Setelah itu mengetahui lebih lanjut , mengenai latar belakng kemunculan dan berkembangnya jabariyah, tanpanya perlu dijelaskan yang melahirkan dan menyebar luaskan paham Al-jabar serta dalam situasi apa paham ini muncul.

  • Paham Al-jabar pertama kali dikenalkan oleh ja'ad bin dirham setelah itu akan disebarkan oleh jahm shafwan dari tempat khurasan. Didalam sejarah itu teologi islam yang telah tercatat sebagai tokoh yang mendirikan aliran jahmiyah didlam kalangan Murji'ah .dia duduk sebagai sekertaris Suraih Bin Al- Haris dan menemaninya dalam gerakan melawan bani umayyah dalam perkembangannya paham Al- jabar tidak hanya dibawah oleh dua tokoh diatas masih banyak yang lain tokoh-tokoh dalam paham ini, yaitu diantara lain Al-Musain bin Muhammad An-Najjar dan Ja'd bin Dirar
  •                 Mengenai kemunculan paham aljabar para ahli sejarah mengkaji melalui pendekatan geokultural bangsa arab. Diantara ahli yang di maksud adalah Ahmad Yamin.
  •                 Lebih lanjut, Harun Nasution menjelaskan dalam situasi demikian, masyarakat Arab banyak melihat jalan untuk mengubah keadaan sesuai dengan keinginannya, mereka banyak bergantung kepada kehendak alam. Kali ini membawa mereka pada sikap fatalisme
  •                 Sebenarnya, benih-benih paham aljabar sudah muncul jauh sebelum kedua tokoh diatas. Benih itu terlihat dalam peristiwa sejarah berikut ini.
  • Suatu ketika nabi menjumpai sahabatnya bertengkar dalam masalah takdir tuhan. Nabi melrang mereka memperdebatkan permasalahan berikut agar terhindar dari kekeliruan mengenai takdir
  • Khalifah Umar bin Khatab pernah menangkap seseorang yang ketahuan mencuri. Pencuri itu berkata, ''tuhan telah menentukan aku mencuri.'' Mendengar ucapan itu, Umar marah sekali dan menganggap orang itu telah berdusta kepada tuhan, sebab itu Umar memberikan dua jenis hukuman kepada pencuri itu. Pertama hukuman potong tangan karena mencuri. Kedua, hukman dera karena menggunakan dalil tuhan.
  • Khalifah Ali bin Abi Thalib seusai perang shiffin ditanya oleh seseorang tentang kadar tuhan dan kaitannya dengan pahala dan siksa. Orang tua itu bertanya, ''apabila perjalanan (menuju perang shiffin) itu terjadi dengan qadha dan qadar tuhan, tidak ada pahala sebagai balasannya. ''kemudian ali menjelaskan bahwa bukanlah pkaksaan tuhan. Oleh sebab itu, ada pahala dan siksa sebagai balasan amal dan perbuatan manusia. Ali menjelaskan, sekiranya qadha dan qadar merupakan paksaan, batallah [pahala dan siksa serta tidak ada celaan Allah atas pelaku dosa dan pujiannya bagi orang-orang yang baik
  • Pada pemerintahan Bani Umaya, pandangan tentang aljabar semakin mencuat ke permukaan. Abdullah bin Abbas melalui surat-suratnya memberikan reaksi keras kepada penduduk Siria yang di duga berpaham ''Jabariah''
  • Mengenal tokoh jabariyah
  • Ada beberapa tokoh Jabariyah dibawah ini antara lain:
  • 1). Jahm bin Shofwan
  •                 Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Mahrus Jahm bin Shafwan (golongan Jabariyah ekstrim). Ia berasal dari Khurasan,bertempat tinggal di Kufah. Ia da'i yang fasih dan lincah (orator) ia menjabat sebagai sekretaris Haris bin Surais, seseorang mewali yang menentang pemerintah Bani Umayya di Hurasan, yang kemudian di bunuh secara politis tanpa ada berkaitan dengan politis
  • 2). Ja'd bin Dirham
  •                 Ja'd (golongan jabariyah ekstrim) adalah seorang maulana Bani Hakim, yang tinggal di Damaskus. Ia di besarkan dilingkungan kristen yang senang membicarakan biologi,. Semula ia dipercaya untuk mengajarkan dilingkungan pemerintah Bani Umayyah, tetapi setelah tampak pemikirannya yang kontroversial Bani Umayyah memberhentikannya.
  •                 Doktrin pokok Ja'd secara umum sama dengan pemikiran Jahm. Al-Ghuraby menjelaskan sebagai berikut:
  • Al-quran itu adalah makhluk. Oleh karena itu ia baru. Sesuatu yang baru tidak dapat disifatkan kepada Allah.
  • Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dnegan makhluk seperti berbicara, melihat, dan mendengar
  • Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya.

3). An-Najjar

                Nama lengkapnya adalah Husain bin Muhammad An-Najjar (wafat 230 H) ia adalah tokoh Jabariyah moderat. Jabariyah moderat mengatakan bahwa Allah SWT memang menciptakan perbuatan manusia, baik perbuatan baik maupun perbuatan jahat tetapi manusia mempunyai bagian di dalamnya. Menurut paham kasab manusia tidaklah majbur (di paksa oleh Allah SW), tidak seperti wayang yang di kendalikan oleh dalang dan tidak pula jdi pencipta perbuatan,

4). Adh-Dhirar

                Nama lengkapnya adalah Dhirar bin Amr. Pendapatnya tentang perbuatan manusia sama dengan An-Najjar sehingga ia tergolong kaum jabariyah moderat. Menurutnya manusia tidak hanya merupakan wayang yang di gerakan dalang. Manusia mempunyai bagian dalam mewujudkan perbuatannya dan tidak semata mata di paksa dalam melakukan perbuatannya. Adh-Dhirar mengatakan satu perbuatan dapat di timbulkan oleh dua pelaku secara bersama sama dalam artian perbuatan manusia tidak hanya di timbulkan oleh Allah SWT, tetapi juga oleh manusianya sendiri. Manusia turut berperan dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya.

                Adh-Dhirar mengatakan bahwa Allah SWT dapat dilihat di akhirat melalui indra keenam, ia juga berpendapat bahwa hujjah yang dapat di terima setelah nabi adalah ijtihad. Hadist ahad tidak dapat di jadikan sebagai sumber dalam penetapan hukum.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline