Kunci keberhasilan dalam melakukan komunikasi adalah adanya rasa saling percaya di antara kedua pihak yang berinteraksi. Rasa saling percaya akan bertumbuh di antara keduanya apabila masing-masing pihak memiliki kedekatan emosional, bersikap setara dan tidak menggurui, serta ada rasa aman dan nyaman dalam berbagai situasi .
Manakala kondisi tersebut sudah terbentuk, niscaya komunikasi akan berjalan dengan natural dan tidak ada kepura-puraan.
Hal ini sedikit banyak akan memudahkan mengurai permasalahan jika suatu saat ada peristiwa yang memerlukan solusi.
Selain itu, dengan situasi yang sudah terbangun seperti ini pastilah situasi belajar mengajar di kelas pun akan berlangung dengan nyaman.
Jika pembelajaran nyaman, maka siswa dapat belajar dengan baik dan tujuan pembelajaran pun tercapai sesuai harapan.
Guru sebagai pengganti orang tua di sekolah sudah semestinya memiliki skill dalam membangun relasi komunikasi dengan siswa.
Karena guru tidak hanya berperan sebagai transformer pengetahuan, tetapi juga memiliki tanggung jawab moral manakala siswa membutuhkan pendampingan psikologis.
Seperti halnya ketika mereka bermasalah di rumah, orang tua akan turun tangan menangani.
Demikian pula ketika siswa memiliki masalah di sekolah, guru harus ambil bagian mendampingi siswa dalam upaya mencari solusi.
Tidak mudah, tetapi sebenarnya juga tidak sulit, tergantung dari masing-masing pribadi guru sendiri.
Maukah guru membuka diri dengan perubahan zaman yang tentunya juga merubah pola pikir dan style komunikasi siswa, maukah guru menyetarakan diri dengan siswa, maukah guru bersikap layaknya seorang teman?