Tujuan utama pendidikan adalah menciptakan manusia yang mampu melakukan hal-hal baru, bukan sekedar mengulangi apa yang telah dilakukan generasi lain, melainkan menjadi manusia yang keatif, berdaya cipta dan penemu, demikian salah satu kutipan dari penggagas teori perkembangan kognitif yaitu Jean Piaget.
Menurut teori kognitif pembelajaran bukan sebatas proses rentetan stimulus response, melainkan sebuah proses penyusunan struktur kognitif. Dengan kata lain siswa tidak hanya menerima stimulus dan bereaksi secara pasif tetapi mengolah stimulus yang diterima dan bereaksi secara tepat.
Terdapat 4 faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif yaitu : pematangan biologis, pengalaman lingkungan fisik, lingkungan sosial dan keseimbangan (equilibration) yang terdiri dari asimilasi (penyesuaian realitas eksternal dengan struktur kognitif yang ada) dan akomodasi (perubahan struktur internal untuk memberikan konsistensi dengan realitas eksternal). Proses pembelajaran hanya dapat terjadi ketika ada konflik kognitif atau terjadi titik ketidakseimbangan (disequilibrum).
Jhon Piaget mengatakan bahwa perkembangan kognitif tidak bisa diajarkan, akan tetapi research membuktikan bahwa para pendidik dapat membantu proses akselerasinya dengan cara sebagai berikut :
- Memahami perkembangan kognitif peserta didik, yaitu dengan cara menyesuaikan pembelajaran dengan level kognitif dan usia peserta didik, fokus pada proses belajar daripada hasil belajar, memberi pemahaman konsep dan bukan kegiatan menghafal, menyadari bahwa setiap peserta didik memiliki kecepatan ynag berbeda dalam belajar. Kemudian mengevaluasi tingkat kognitif peserta didik sebelum merencanakan pembelajaran.
- Menerapakan kegiatan pemebelajaran yang membuat peserta didik aktif, yaitu dengan menghubungkan materi pelajaran pada pertemuan sebelumnya dengan pertemuan yang sedang berlangsung, memberikan topik yang dibutuhkan dan disukai peserta didik, menghubungkan materi dengan pengalaman peserta didik,mebiarkan peserta didik bereksplorasi dalam pembelajaran yang aktif.
- Menciptakan keganjilan, melalui keganjilan (ekspektasi tidak sesuai dengan struktur kognitif peserta didik) dapat memperkembangkan kognitifnya, melatih peserta didik untuk menyelesaikan masalah, menjawab salah pun tidak apa2 karean merupakan proses pemebalajaran.
- Berinterkasi sosial dengan teman atau lingkungan, yaitu dengan melakukan kegiatan pembelajaran yang melibatkan interaksi sosial, melakukan diskusi atau kerja kelompok. Melalui kerja kelompok peserta didik dapat belajar dari perbedaan pendapat dan mengurangi egosentris peserta didik. Semoga bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H