SEMARANG, E. SUDARYANTO | Jika popularitas Jokowi makin melejit melampaui para CAPRES 2014 lain yang secara resmi atau masih malu-malu mendeklarasikan diri, jelas itu bukan kesalahan Jokowi.
Bukan pula salah Jokowi jika popularitasnya sebagai CAPRES idaman semakin "moncer" dan lebih "gemerlap" daripada Megawati, sang Ketua Umum Parpol yang menaungi dirinya.
Dan bukan salah Jokowi juga jika situasi yang tidak mengenakkan seperti tersebut di atas, membuat PDIP seperti terjebak dalam pilihan sulit, antara Jokowi dan Megawati (atau mungkin CAPRES lain yang diam telah atau lebih "direstui" sang "BUNDA BESAR").
Yang salah adalah jika PDIP tidak merespon "fenomena Jokowi" dengan melakukan survey internal, baik di tingkat pengurus dan kader partai, maupun di tingkat akar rumput atau simpatisan PDIP, untuk mengetahui tingkat popularitas dan elektabilitas Jokowi dibanding Megawati. Atau dibanding calon lain yang mungkin sedang ditimang dan lebih disukai sang Ketua Umum sebagai "decision maker", jika beliau telah memantapkan diri untuk tidak bersedia "dicaoreskan" lagi!
Akan lebih salah dan lebih bodoh lagi jika ternyata Balitbang PDIP (atau apapun namanya) telah melakukan survey internalnya, namun para "ELITE" partai, atau bahkan Megawati sendiri, berusaha mengingkari hasilnya, karena tidak sesuai dengan harapan dan keinginan mereka.
Mungkin ada yang menganggap pemikiran seperti tersebut di atas hanya merupakan dugaan-dugaan liar yang tidak berdasarkan data dan fakta yang sebenarnya. Akan tetapi hal itu wajar, selama para "ELITE" PDIP atau Megawati sendiri tidak/belum berani memberikan jawaban tegas, terkait kepastian Jokowi sebagai CAPRES PDIP atau tidak! Setidak-tidaknya harus ada "sinyal-sinyal" yang lebih pasti. **ES-220713**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H