Jangan terkecoh dengan aksi diam dan teraniaya Nazaruddin, karena mungkin saja dia tak selemah dan semenderita yang ditunjukkan.
Bahkan menurut logika awam sekalipun, pernyataan dan surat Nazaruddin kepada Presiden SBY, dapat dianggap sebagai sebuah serangan yang cukup mematikan terhadap KPK dan Partai Demokrat.
Permohonannya kepada Presiden agar segera divonis tanpa peradilan, dan janji untuk tidak akan mengungkap hal-hal yang merugikan KPK dan Partai Demokrat, asal istri dan anaknya tidak diganggu, justru dapat ditafsirkan lain.
Kalaupun benar semua itu dilakukan demi istri dan anaknya yang konon disandra, Substansi dari pernyataannya tepap sama.
Secara tidak langsung, sebenarnya Nazaruddin menyatakan hal yang sama seperti yang dinyanyikan selama dalam pelarian. Baik yang menyangkut individu atau oknum di KPK dan Partai Demokrat.
Terus terang sangat mengherankan jika pengacara sekaliber OC Kaligis setuju atau menyarankan agar Nazaruddin langsung minta dihukum tanpa peradilan pada langkah pertama. Sebesar apapun tekanan yang mereka hadapi. OC Kaligis pasti tahu, keinginan kliennya tak masuk akal. Bahkan pada zaman orba dan sekarangpun, masih diperlukan proses peradilan yang direkayasa untuk menjebloskan orang ke penjara.
Jadi patut diduga, kebungkaman dan manuver Nazaruddin dan pengacara OC Kaligis, adalah sebuah strategi perlawanan atau pembelaan yang dilakukan secara sadar dan terencana. Publik jangan sampai terkecoh dan larut dalam permainan ini. Masyarakat harus tetap fokus pada upaya pengungkapan kasus yang melibatkan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat dan semua pihak yang terlibat. Dan tetap mencermati tentang kemungkinan terjadinya tekanan oleh pihak tertentu dan deal-deal yang melawan hukum! @E Sudaryanto 190811
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H