Sejak pertama kali membaca berita tertangkapnya Nazaruddin di Cartagena Columbia pada tanggal 7 agustus 2011 oleh polisi setempat, saya berupaya terus memantau perkembangan proses pemulangan sang buronan ke Indonesia. Karena banyak kasus yang memerlukan konfirmasi yang bersangkutan, terutama terkait dengan tuduhan terhadap beberapa elite Partai Demokrat, yang telah merupakan nyanyian sumbangnya selama dalam pelarian.
Tetapi lama-lama saya menjadi bosan juga, dari waktu ke waktu beritanya cuma itu-itu saja. Tentang berbagai prosedur yang harus dilalui, sebelum tim penjemput diperkenankan membawa pulang Nazaruddin. Tentang beragam kemungkin yang dapat dialami sang buronan, mulai dari upaya untuk melakukan deal-deal sampai pembungkaman permanen seperti yang dialami aktivis HAM Munir.
Saya merasa, karena terlalu fokus pada pemberitaan seputar tertangkapnya mantan bendahara umum Partai Demokrat, saya jadi melewatkan beberapa berita dan peristiwa menarik lainnya.
Akhirnya saya memutuskan dan mencoba untuk tidak mempedulikan berita tentang sahabat, atau mantan sahabat Ketum Partai Demokrat pak Anas Urbaningrum. Sampai yang bersangkutan benar-benar sudah tiba di Indonesia dan diserahkan kepada KPK untuk menjalani proses hukum.
Saya tak akan peduli lagi soal kapan dan bagaimana Nazaruddin akan dipulangkan. Tentang misteri tas hitam miliknya, yang mungkin berisi beberapa barang bukti penting, yang belum diserahkan kepada KPK, dan konon masih dipegang Dubes RI untuk Columbia.
Yang pasti, jika nantinya tersangka kasus suap wisma atlit itu menjadi lebih lembek dan tak segarang saat masih dalam pelarian, kita dapat menduga-duga apa yang sebenarnya terjadi. Dan kita juga tahu siapa saja yang patut diduga membuat kemungkinan tersebut terjadi. Karena Nazaruddin akan diadili di Indonesia!(E. Sudaryanto-110811)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H