Lihat ke Halaman Asli

Hardy Yang Ya Tao (扬 亚 涛)

Independent Researcher

Mudik Lebaran di kampung

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah melewatkan dua puluh empat jam sejak tiba di kampung halaman dari perjalanan mudik lebaran 1432 H, saya baru memiliki kesempatan sharing cerita lebaran dan connecting dengan cerita sebelum ini. Apalagi di kampung saya ini, lebaran hari pertama yang ditandai shalat Iedul Fitri di lapangan desa dilaksanakan hari ini, Selasa, 30 Agustus 2011.

Seolah tidak ada pengumuman, sekalipun sidang ibat penetapan 1 Syawal 1432 H ditayangkan semalam melalui TV Takbiran Senin Malam, selepas shalat Isya, dikomandani oleh remaja masjid, para peserta takbir keliling kampung sudah berkumpul di halaman masjid lengkap dengan obor di tangan masing-masing .

Takbir keliling kampung ini biasanya dibedakan menjadi dua klasifikasi berdasarkan jarak tempuh dan kriteria peserta. Untuk jarak tempuh lebih jauh dan bergabung dengan desa tetangga, biasanya diikuti oleh peserta yang minimal berusia sekolah lanjutan pertama, istilahnya tsanawiyah merujuk pada penamaan jenjang sekolah agama. Sedangkan untuk jarak tempuh mengitari kampung saja, biasanya diikuti peserta pesantren kilat yang terdiri dari anak TK hingga anak sekolah dasar, kelompok ibdtidaiyah ini seringkali diikuti dan didampingi oleh oraang tua, dan orang dewasa. Maklum, anak-anak dengan obor di tangan jika tidak diawasi bisa mendatangkan musibah yang tidak diinginkan di saat malam lebaran.

Karena jarak tempuh yang dekat, kelompok takbir ibtidaiyah biasanya kurang dari jam Sembilan sudah kembali ke pelataran masjid, dan peserta membubarkan diri ke rumah masing-masing, beristirahat. Sementara kelompok takbir tsanawiyah kembali ke masjid selang satu atau dua jam kemudian. Karena, banyak dari peserta takbir tsanawiyah ini adalah remaja masjid yang menjadi bagian dari Panitia Hari Besar Agama Islam (PHBAI), banyak diantara mereka memilih beristirahat di masjid sejenak. Mereka ini tidak kembali ke rumah melainkan langsung membantu pengurus takmir masjid yang mempersiapkan lapang untuk shalat ied esok hari.

Di kebanyakan takmir masjid atau dikenal juga dengan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), PHBAI merupakan unsur dan bagian organisasi yang bertanggung jawab manakala diselenggarakan perayaan hari besar agama Islam. Sekalipun hanya ditempati oleh satu atau dua orang pengurus, namun unsur pelaksana setiap kegiatan perayaan justru banyak didominasi oleh anggota ikatan remaja masjid.

Di kampung ini yang terletak arah sebelah timur kota Yogya menuju ke Solo, setiap hari kedua lebaran diselenggarakan halal bil halal, semacam silaturahmi diantara warga kampung yang dilaksanakan antara jam sepuluh sampai siang hari menjelang waktu dzhuhur tiba. Pelaksanaan acara ini merupakan tanggung jawab PHBAI dan remaja masjid.

Apabila hari pertama setelah shalat Ied dan kembali ke rumah, ujhung dilakukan di dalam lingkungan keluarga dan tetangga dekat. Maka, pada hari kedua lebaran, ujhung sudah dilakukan dengan mengunjungi tetangga dalam satu kampung dan kerabat dekat yang ada di kampung lain. Ujhung sendiri merupakan istilah yang mewakili praktek orang atau kelurga yang lebih muda untuk mengunjungi orang atau keluarga yang lebih tua baik dilihat dari pertalian darah atau kekerabatan.

Daya tarik mudik selain mendekatkan persaudaraan dan merekatkan ikatan kekerabatan saat lebaran, tidak hanya selesai manakala halal bil halal dan ujhung selesai. Masih ada satu kegiatan lagi yang biasanya dilaksanakan paling cepat seminggu setelah lebaran dan dilangsungkan di bulan Syawal. Kegiatan ini melibatkan satu rumpun keluarga berdasarkan Trah. Istilah trah ini ternyata belum memiliki padanan kata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Tahun silam pada pertemuan Trah ini, saya bertemu saudara jauh, secara silsilah saya memanggil beliau kakek namun karena masih sebaya maka diantara kita saling memanggil mas. ‘Kakek’ saya ini merupakan keponakan dari seseorang yang sekarang menduduki jabatan tinggi di salah satu maskapai milik BUMN. Dan paman ‘kakek’ saya ini selidik punya selidik ternyata sepuluh tahun lalu pernah bekerja dan berada dalam satu perusahaan mutlinasional, sementara dia berada di head office sedangkan saya di operation unit. Sekarang saya pun sudah lama tidak bekerja di perusahaan multinasional itu.

Lebaran kali ini, saya tidak bisa melewatkan waktu menunggu pertemuan halal bil halal kampung apalagi pertemuan trah. Setelah dua puluh empat jam istirahat, menikmati penganan khas lebaran termasuk kupat, serta silaturahmi di lingkungan keluarga dekat dan terutama stamina kembali pulih, malam ini saya bermaksud meninggalkan kampung. Selain menghindari macet karena arus balik, saya pun memiliki urusan  lain yang harus segera dikerjakan minggu ini meski masih libur lebaran.

Saat ini motor dengan ruang bakar berkapasitas 200 cc telah berada di depan rumah, sejak habis dzhuhur tadi motor sudah dicek terutama kondisi ban depan dan belakang, sistem pengereman serta penerangan untuk perjalanan malam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline