Lihat ke Halaman Asli

Hak Patennya Idealisme dan Realisme

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Oleh: Nawa RoQes, Penikmat sunyi, senyap dan sejenisnya.

Berbicara tentang filsafat, tidak bisa dilepaskan dari para pencetusnya. Filusuf yang sangat kita kenal dan dialah sebagai mbahnya filusuf. Yaitu Socrates. Ia hidup pada abad ke 6 sebelum masehi. Socrates menyebarkan pandangannya lewat lisan. Di mana pun ia bertemu dengan orang-orang pada saat itu, ia mengajaknya mengobrol ringan, hingga sampai pada pembicaraan yang berunsur ilmu pengetahuan. Oleh karena penyebarannya yang terbuka itulah, penguasa di wilayahnya tersebut marah. Karena Socrates dianggap sebagai orang yang membawa ajaran baru yang bertentangan dengan dewa dan undang-undang penguasa.

Akhirnya socrates di bunuh oleh penguasanya dengan cara dipaksa meminum racun. Sebagai penerusnya, kita kenallah dengan nama filsuf yang juga tidak kalah pentingnya dalam dunia perfilsafatan. Yaitu Plato. Plato hidup sekitar abab ke-5 sebelum masehi. Ketika Socrates masih hidup, satu-satunya murid yang paling setia adalah Plato. Yang kemudian telah menulis pemikiran-pemikiran sang gurunya, Socrates. Karena Socrates sendiri tidak pernah menuliskan pandangannya sendiri.

Sekitar hampir 20 tahun berguru dengan Socrates, Platopun mulai memasuki seluk beluk bidang keilmuan. Terutama tentang alam atau makro kosmos. Dari sinilah kemudian muncul aliran filsafat yang kita kenal sekarang dengan aliran idealisme. Aliran ini adalah hak paten Plato. Plato beranggapan bahwa semua yang ada di alam ini adalah bayangan dari sesuatu yang sesungguhnya (realita).

Semasa hidupnya, Plato juga mempunyai seorang murid yang baik. Dialah yang kita kenal dengan nama Aristotales. Setelah Plato meninggal, maka paham filsafatnya di kembangkan oleh muridnya, Aristotales ini. Namun aliran filsafat sang guru, berbeda dengan sang murid. Aristotales beranggapan bahwa alam dan semesta ini adalah nyata. Tidak bayang-bayang dari sesuatu yang nyata. Anggapan inilah kemudian yang melahirkan aliran Realisme. Jadi realisme adalah hak patennya Aristotales.

Nah, dari dua paham ini, idealisme dan realisme, maka belakangan muncullah paham esensialisme. Paham esensialisme merupakan gabungan dari dua aliran sebelumnya.

Filsafat dan pengertiannya.

Filsafat berasal dari bahasa Yunani. Yaitu berasal dari dua kata, philos dan sophia. Philos berarti, cinta, senang, suka. Dan sophia adalah ilmu pengetahuan. Jadi jika digabungkan maka philosophia mengandung makna cinta ilmu pengetahuan atau kebenaran, senang kepada hikmah dan kebijaksanaan. Sedangkan orangnya disebut philosopher (Inggris), failasuf (B. Arab) dan filusuf dalam bahasa Indonesia.

Sebenarnya konsentrasi awal dari filusuf Socrates di atas adalah bidang pendidikan. Atau tentang sekolah. Tapi jangan kita bayangkan sekolah di zaman itu, sama dengan sekolah zaman sekarang, yang mempunyai papan tulis, kelas dll. Zaman itu cuma bisa berkumpul dan sifatnya pidato. Namun pada zaman Plato, ia telah mendirikan sekolah yang diberi nama Akademia. Dari sinilah awalnya kita memberikan nama institusi pendidikan tinggi dengan nama akademi. Dan dari sini juga sebutan civitas akademika yang kita kenal sekarang sebagai sebutan untuk pelajar dan mahasiswa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline