Lihat ke Halaman Asli

Sekolah Bukan Tempat Belajar

Diperbarui: 6 Juli 2023   14:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Oleh: Sarah Nadzira


Saat ini, anak sekolah sudah mulai kehilangan jati dirinya. Mereka yang
seharusnya mulai menemukan sosok sejati dari dirinya, tapi malah terpaksa harus
memendam jati diri karena mengikuti sebuah kewajaran. Semua anak dipaksa sama agar
terlihat sebagai anak yang normal.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang terikat dengan sistem. Hal
ini yang mengharuskan sekolah menyamaratakan semua siswanya. Anak yang berbeda
justru akan dicap sebagai anak yang aneh. Hal ini menyebabkan anak akan kesulitan
dalam memahami pembelajaran.
Syarat utama sekolah menurut Ki Hajar Dewantara adalah harus menyenangkan,
minimal sekolah menjadi satu di antara tempat yang selalu dirindukan oleh siswanya,
bukan menjadi tempat yang membuat siswanya merasa terpenjara.
Membatasi aktivitas siswa ketika di sekolah merupakan suatu perbuatan
menghilangkan tempat bermain anak. Karena justru sekolah merupakan tempat di mana
anak-anak bisa berkembang melalui interaksi dengan teman-temannya. Dalam aktivitas
bermain mereka tentu terdapat interaksi yang dapat menguatkan rasa pertemanan, rasa
memiliki, dan rasa menghargai antar teman.
Teori multiple intelligence merupakan salah satu teori yang cukup terkenal. Teori
ini menjelaskan bahwa setiap anak memiliki kecerdasan atau kemampuan yang berbeda
dan bukan hanya dalam satu bidang saja. Dalam teori ini, terdapat sekitar 8 kecerdasan
yang dapat dimiliki anak.
Gaya belajar siswa akan mempengaruhi bagaimana mereka dapat menyerap ilmu
pengetahuan dengan baik. Dengan sistem pendidikan yang terkesan memaksa siswa harus 

sama rata, seharusnya pendidik lebih mampu mengeksplorasi kemampuannya dalam

mendidik siswa. Bukan malah menyamakan antara satu siswa dengan yang lainnya.

Standarisasi kepintaran seorang anak sekolah di Indonesia adalah mendapat

peringkat 1, 2, 3 dan seterusnya. Jika nilai mereka bagus semua, maka mereka termasuk

dalam kelompok siswa pintar. Dan sebaliknya, jika nilai mereka rata-rata kurang bagus

maka mereka dikelompokkan sebagai siswa bodoh. Kita harus menyadari bahwasannya

kemampuan yang dimiliki setiap siswa berbeda. Oleh karena itu, sistem pendidikan saat

ini terkesan memaksa siswa harus mampu dalam segala bidang.

Kebijakan sistem pendidikan di Indonesia memang didesain sebagai wadah bagi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline