Lihat ke Halaman Asli

Dzikri Faizziyan

The cosmos is within us. We are a way for the universe to know itself.

Titik Biru Pucat di Lautan Kosmik

Diperbarui: 9 Oktober 2021   14:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber Foto : solarsystem.nasa.gov) 

Coba kita semua lihat pada gambar di atas, apakah kalian melihat adanya suatu titik kecil yang berwarna biru pucat disana? 

Jika iya, itulah Bumi, itulah yang kita sebut sebagai rumah.

Gambar di atas diambil oleh Voyager 1 pada tanggal 17 February 1990, dari jarak sekitar 3.7 miliar mil (6 miliar kilometer) atau sekitar 40 Astronomical Unit (AU).

Dari jarak sejauh ini, mungkin Bumi tidak lagi terlihat penting. Namun bagi kita, lain lagi ceritanya. 

Coba kalian tatap lagi titik itu. Titik itulah yang dinamai sebagai rumah. dan Itulah kita. Di satu titik itu semua orang yang kamu cintai, semua orang yang kamu kenal, semua orang yang pernah kamu dengar namanya, semua manusia yang pernah ada, menghabiskan hidup mereka. 

Segenap kebahagiaan dan penderitaan, ribuan agama, pemikiran, dan doktrin ekonomi yang merasa benar, setiap pemburu dan pengumpul, setiap pahlawan dan pengecut, setiap pembangun dan pemusnah peradaban, setiap raja dan petani, setiap pasangan muda yang jatuh cinta, setiap ibu dan ayah, setiap anak yang bercita-cita tinggi, setiap penemu dan penjelajah, setiap pengajar kebaikan, setiap politisi busuk, setiap "bintang pujaan", setiap "pemimpin besar", setiap orang suci dan pendosa sepanjang sejarah spesies manusia hidup di sana, di atas setitik debu yang melayang-layang dalam lautan kosmik. 

Bumi adalah panggung yang amat kecil di tengah luasnya arena kosmik. Renungkanlah sungai darah yang ditumpahkan para jenderal dan maharaja sehingga dalam keagungan dan kejayaan itu mereka dapat menjadi penguasa sementara, di sebagian kecil dari titik itu. Renungkanlah kekejaman tanpa akhir yang dilakukan orang-orang yang berada di titik ini. Betapa sering mereka salah paham, betapa siap mereka untuk membunuh satu sama lain, betapa bergejolak kebencian mereka. 

Sikap kita, keistimewaan kita yang semu, khayalan bahwa kita memiliki tempat penting di alam semesta ini, tidak berarti apapun di hadapan setitik cahaya redup ini. 

Planet kita hanyalah sebutir debu yang kesepian di alam semesta yang besar dan gelap. Dalam kebingungan kita, di tengah luasnya jagat raya ini, apakah masih berpikir bahwa pertolongan akan datang dari tempat lain yang sangat misterius untuk menyelamatkan kita dari diri kita sendiri.

Bumi adalah satu-satunya dunia, sejauh ini, yang diketahui memiliki kehidupan. Tidak ada tempat lain, setidaknya sampai beberapa waktu ke depan, yang bisa dijadikan tempat tinggal. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline