Lihat ke Halaman Asli

30 Juz Al-Furqon dalam Segenggam Memori

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Manusia memilki memori yang kemampuan dan kapasitas sangat besar, sehingga tak terhitungkan besarnya. Akan tetapi tidak semua memanfaatkan memanfaatkan kapasitas tersebut seoptimal mungkin dan lebih banyak lagi yang memanfaatkan memori ini sekedarnya saja, sehingga banyak ruang-ruang dalam memori seseorang yang tidak terisi bahkan tidak diisi serta tidak diperlakukan dengan lebih baik karena berbagai faktor. Hingga sering disebut dalam anekdot, jika otak manusia dijual pasti akan mahal harganya karena jarang digunakan.

Ingatan merupakan alih bahasa dari memory (bahasa Inggris). Maka dari itu disamping ada yang menggunakan ingatan ada pula yang menggunakan istilah memori sesuai dengan ucapan dari memory. Pada umumnya para ahli memandang ingatan sebagai hubungan antara pengalaman dengan masa lalu. Proses manusia memunculkan kembali tiap kejadian pengalaman pada masa lalunya, membutuhkan kemampuan mengingat kembali yang baik. Dengan adanya kemampuan mengingat pada manusia,maka ini menunjukan bahwa manusia mampu menerima, menyimpan dan menimbulkan kembali pengalaman-pengalaman yang dialaminya (Walgito 2004). Menimbulkan kembali pengalaman-pengalaman yang pernah dialami, sama halnya dengan memunculkan kembali sesuatu yang pernah terjadi dan tersimpan dalam ingatan.

Kembali mengulas tulisan saya yang lalu tentang proses dalam menghafal al-Qur’an, bahwa dalam proses menghafal al-Qur’an seseorang telah menggenapi semua proses dalam tahapan-thapan memori, betapa tidak, mulai dari membaca, memembayangkan, berpikir, sistematis, menerima informasi, mengingat (recognize / mengenali kembali objek yang sejenis), menyampaikan, mempersepsi, dan menyusun bahasa.

Mereka menerima dan memasukkan informasi (learning), menyimpan (retention) dan menimbulkan kembali apa yang pernah dialami (remembering). Dari membaca, seseorang telah melakukan proses belajar (kognisi), dengan menerima informasi.Satu persatu ayat yang dibaca, kalimat demi kalimat (dalam Al-Qur’an) yang diucapkan, secara otomatis telah memasukkan informasi (Encoding) ke dalam memorinya.

Proses yang kedua adalah mengenai penyimpanan (penyimpanan terhadap apa yang telah diproses dalam encoding, apa yang dibaca, dipelajari atau apa yang dipersepsi). Sesuatu yang telah dipelajari biasanya akan tersimpan dalam bentuk jejak-jejak (traces) dan bisa ditimbulkan kembali.

Proses yang ketiga adalah berkaitan dengan menimbulkan kembali hal-hal yang disimpan dalam ingatan. Proses mengingat kembali merupakan suatu proses mencari dan menemukan informasi yang disimpan dalam memori untuk digunakan kembali bila dibutuhkan. Seseorang dikatakan “Belajar dari Pengalaman” karena ia mampu menggunakan berbagai informasi yang telah diterimanya di masa lalu untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi saat ini juga.

Menimbulkan kembali ingatan yang sudah disimpan dapat menggunakan cara:

1.Recall, yaitu proses mengingat kembali informasi yang dipelajari di masa lalu tanpa petunjuk yang dihadapkan pada organisme. Contohnya mengingat nama seseorang tanpa kehadiran orang yang dimaksud.

2.Recognize, yaitu proses mengenal kembali informasi yang sudah dipelajari melalui suatu petunjuk yang dihadapkan pada organisme. Contohnya mengingat nama seseorang saat ia berjumpa dengan orang yang bersangkutan.

3.Redintegrative, yaitu proses mengingat dengan menghubungkan berbagai informasi menjadi suatu konsep atau cerita yang cukup kompleks. Proses mengingat reintegrative terjadi bila seseorang ditanya sebuah nama, misalnya Nabi Muhammad, maka akan teringat banyak hal dari tokoh tersebut karena orang tersebut telah diketahuinya (meski dari mulut ke mulut) berkali-kali.

Tetapi انّ الاِنسان محل الخطاء والنسياmanusia tak lepas dari salah dan lupa. Dalam proses menghafal al-Qur’an bisa dipastikan individu mengalami yang namanya lupa meskipun tak selamanya. Dalam proses kognisi lupa terjadi karena materi yang disimpan dalam ingatan itu jarang ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran yang akhirnya mengalami kelupaan. Tetapi setelah dibaca kembali, diulang kembali apa yang sudah dihafal ia akan mengingatnya kembali.

Beberapa metode yang membuat para khafidz-khafidzah dalam menghafal 114 surat dalam Al-Qur’an, biasanya dengan menulis ayat yang sedang dihafalnya. Karena dengan menulis, tiga proses belajar telah dilampaui, yakni memasukkan informasi (dengan membaca), mengingat (retention) dan menyampaikan (remembering).

و الى اخره .. والله اعلم بالصواب

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline