Lihat ke Halaman Asli

Dzikri Amrullah

Selamat Datang

Meninjau Korupsi di Banten dari Kacamata Buku Minhaj Karya Dr Hamid Fahmy Zarkasyi

Diperbarui: 29 Mei 2021   06:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar hasil screenshoot dari PC

Beberapa pekan lalu, warga Banten di hebohkan dengan tindak pidana korupsi dengaan nilai yang fantastis. Tidak tanggung-tanggung, 117 Miliar disunat dari dana hibah yang diperuntukan untuk pondok pesantren yang ada di Banten. Waw... ratusan miliar. Bukan kaleng-kaleng. Sumpah serapah uang ratusan miliar digunakan untuk apa?

Sulit dibayangkan sebarapa banyaknya uang itu. Kalau uangnya dimasukan ke dalam karung dalam bentuk seratus ribuan kira-kira ada berapa karung ya? Dimana kira-kira ditaruhnya?

Sejauh ini, Kejati baru mennetapkan 5 orang tersangka. Kalau hasilnya itu di bagi rata, maka masing-masing mendapatkan 23,4 M. Yakin digunakan untuk kebutuhan pribadi? Kalau hanya untuk kebutuhan beli mobil dan rumah, cukuplah 1 M, itu juga pasti sudah mewah banget.  Atau masih ada terduga-terduga lainya? Apakah ada yang cuci tangan? Kalau pun ada mesti pake sabun, biar bersih.

Mereka (tersangka) ini jelas terang-terangan dalam menjalankan aksinya. Tanpa rasa malu mereka bilang belah semangka kepada para korban di bawah. Apa itu belah semangka? Istilahnya menggelikan. Enakan belah duren. Kalau cair katanya harus dibagi 2. Jadi kalau cairnya 30 juta, dipotong 15 juta. Beuh... Kan mantap. Kalau begini jelas lebih manis dan legit daripada belah duren.

Bagi yang membutuhkan mungkin tidak jadi soal, walaupun dalam hatinya pasti terasa berat. Lumayan saja katanya, toh di kasih ini, daripada tidak dapat sama sekali. Lumayan buat bantu-bantu. Doktrin yang sangat mujarab.  Karena semua tanggung jawab akan dibebankan kepada yang menawarkan. begitulah cara meyakinkanya.

Sebagai orang Banten asli, tentu sangat miris melihat kasus ini. Terlebih dana yang di sunat adalah untuk pondok pesantren, tempat dimana ilmu agama di cari; tempat dimana firman-firman Allah Swt dikaji; tempat dimana calon ulama mengaji; tempat dimana calon pemimpin dipersiapkan untuk menjadi pengganti.

Benar kata Prof. Salim Said, Orang Indonesia tidak maju karena Tuhan pun tidak ditakuti.

Gambar hasil screenshoot dari PC

Belum juga selesai kasus dana hibah, tiba-tiba muncul lagi kasus baru. Menghela nafas panjang. Ngelus dada. Sekarang giliran Dinkes yang kebongkar. Yang tadi terang-terangan, sekarang gelap-gelapan. Ya, segelap-gelapnya malam pasti berlalu juga.

1.68 Miliar uang negara dikantongin. Mark up harga, alias nambahin harga dari yang semestinya. Modus yang sudah biasa, sering digunakan oleh terdakwa-terdakwa lainya. Kurang lebih sama dengan eks gubernurnya, Ratu Atut Chosiyah, soal pengadaan alat kesehatan. Masker yang harusnya harga 70 ribu disulap menjadi 220 ribu. Tiga kali lipat dari harga sebenarnya. Luar biasa, benar-benar republik sulap. Bim salabim abrakadaba.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline