Lihat ke Halaman Asli

Dzikri Amrullah

Selamat Datang

Mengulik Berkah Ramadhan yang Tak Kasat Mata

Diperbarui: 19 April 2021   17:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

liputan6.com

Syukur Alhamdulillah, hari ini masih bisa di pertemukan dengan bulan yang penuh berkah. tujuh hari sudah puasa di Bulan ramadhan berjalan. Tujuh kali sahur dan tujuh kali taraweh sudah di lalui. Sisanya masih panjang, mudah-mudahan bisa kita lalui hingga akhir, tepat pada puncak kemenangan hingga takbir menggema di segala penjuru dunia. Bagi siapapun yang merasakan, ramadhan selalu punya kesan tersendiri. Tak tertuang sudah jika bercerita seputar pernak-pernik ramadhan.

Secara kasat mata, ramadhan tentu memiliki citra yang sangat berbeda dengan bulan-bulan lainya. Kesan tersebut sangat mudah di dapati ketika sore menjelang maghrib tiba. Lihatlah di sepanjang jalan, pasar dadakan tumpah dimana-mana. Ibu-ibu yang tidak biasanya berjualan terlihat seperti yang sudah berpengalaman. Anak-anak, remaja, orang tua, turut andil dalam suasana sebagai seorang konsumen dan produsen.

Jalanan di kota-kota bahkan di kampung akan lebih ramai dari hari-hari biasanya. Yang biasa sepi jadi ramai; yang biasa ramai bisa jadi macet; yang biasa macet bahkan bisa jadi tidak bisa jalan sama sekali, tersendat oleh kerumunan manusia dan kendaraan. Para pedagang begitu semangat melayani pembeli, laris manis tanjung kimpul, barang habis duit terkumpul. Semua tumpah ruah menjelang maghrib. Alama, begitu indahnya bulan ramadhan.

Kekhawatiran terhadap virus korona yang masih merebak seperti tak terlihat. Mereka yang dengan penuh meyakini bahwa virus korona itu ada, tetap menjalankan protocol kesehatan dengan menggunakan masker. Tetapi tidak bisa dipungkiri juga untuk menjaga jarak sangatlah sulit dilakukan. Begitu juga bagi mereka yang abai terhadap virus tersebut dengan santainya berinteraksi dengan siapapun. Sepengalamanya selama hampir dua tahun, tak ada gejala apapun yang ia derita.

detik.com

Jika ditelisik lebih dalam dari kacamata social ekonomi, alangkah bahagianya jika kondisi tersebut berjalan pada bulan-bulan biasanya. Ekonomi benar-benar tumbuh dan subur. Segala barang apapun laris manis di jual. Uang seperti tak ada habisnya dari tangan konsumen, terus berputar dari dompet ke dompet. Perputaran ini benar-benar menghidupkan. Bahkan makhluk ciptaan-Nya yang lain pun ikut merasakan keberkahanya, banyak makanan yang terbuang menjadi jatah lebih baginya.

Begitulah sedikit penjelasan mengenai kondisi ramadhan yang bisa disaksikan secara kasat mata. Lantas bagaimana makna ramadhan itu sendiri bagi jiwa kita sebagai seorang hamba. Adakah kesan yang membuat hidup kita berbeda dari biasanya? Adakah kita merasakan apa yang diharapkan sebagaimana Al-Qur'an telah sampaikan? Atau hanya sekedar menahan makan dan minum hingga maghrib tiba?

Hal-hal demikianlah yang kiranya sangat sulit dilihat oleh kasat mata. Oleh karenanya pertanyaan demikian tidak bisa dijawab oleh siapapun, hanya diri kita sendiri yang mampu menjawabnya. Sejauh mana keberkahan ramadhan sudah dirasakan oleh jiwa kita? Sejauh itu pula Allah memberikan sedikit hidayah dalam menunjukan jalan-Nya.

Sudah banyak penelitian mengenai manfaat puasa bagi tubuh manusia, terutama bagi kecerdasan otak manusia. Di kutip dari media elektronik Republika, bahwa seorang dokter ahli bedah yang juga penulis buku bernama M Soewarno mengatakan, bahwa salah satu manfaat puasa adalah mampu membentuk struktur otak baru dan merelaksasi system saraf.

"Sel-sel otak dapat mengalami regenerasi dan membentuk hubungan struktural yang baru, salah satunya karena pelatihan mental yang terus menerus," di kutip di republika.co.id.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline