Lihat ke Halaman Asli

Dziki Fahmi

Mahasiswa Magister SB-IPB

Analisis Reputasi Digital Perusahaan - Deteksi Social Bot Media Sosial

Diperbarui: 24 Desember 2020   18:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Social Bot

Tulisan ini adalah kelanjutan dari tulisan sebelumnya mengenai reputasi digital korporasi berbasis media sosial di tautan berikut:

Reputasi Digital Korporasi Berbasis Data Media Sosial

Industri pertambangan berkaitan dengan ekstraksi sumber daya tak terbarukan yang dapat menimbulkan masalah environmental, sociopolitical, dan governance (ESG) yang kerapkali menjadi sasaran perhatian publik, masyarakat, serta regulator (Sethi et al.,  2016). Oleh karenanya reputasi perusahaan di mata pemangku kepentingan menjadi sangat penting. 

Karena ada banyak pihak yang terlibat sebagai pemangku kepentingan perusahaan pertambangan, sebagai bagian dari analisis media sosial terhadap corporate image perusahaan pertambangan, perlu juga dilakukan analisis sosial bot untuk memvalidasi apakah insights yang didapatkan dari analisis media sosial lainnya seperti analisis sentimen atau analisis demografi tidak bias oleh entitas yang memiliki kepentingan untuk membentuk opini. Social bot adalah akun media sosial yang dikontrol secara sebagian atau keseluruhan menggunakan program komputer (Johar et al, 2017).

Analisis sosial bot dapat dilakukan menggunakan Drone Emprit Academic (DEA) platform yaitu dengan memanggil layanan Botometer API. Botometer adalah sistem scoring berdasarkan teknik machine learning untuk mengklasifikasikan akun sebagai bot atau manusia berdasarkan ribuan contoh berlabel. Botometer adalah bagian dari OSoME project dari Indiana University. Sebagai input dari analisis bot di DEA adalah akun pengguna yang dikumpulkan yang kemudian diteruskan ke Botometer API untuk mendapatkan skor bot. Botometer memberikan skor antara 0 - 5, untuk 0 sebagai yang paling mirip manusia dan 5 sebagai tweet yang paling mirip bot atau mesin yang dihasilkan.

Sebagai studi kasus dilakukan analisis sosial bot menggunakan DEA pada rentang waktu 1 – 30 September 2020 dengan menggunakan kata kunci terkait salahsatu perusahaan pertambangan multinasional di Indonesia.Hasil dari bot analisis didapatkan 521 akun media sosial yang terjaring menggunakan kata kunci dengan rata-rata bot score sebesar 1.64 yang menandakan percakapan yang menyebutkan korporasi di media sosial pada rentang waktu tersebut dibuat oleh akun yang natural (human-like).

Analisis bot score juga dilakukan dari dari waktu ke waktu selama periode tersebut dan ditemukan bahwa tweet mirip bot dengan skor bot 3-5 tetap terendah. Hal ini berarti bahwa bahkan selama periode puncak, percakapan kemungkinan besar dihasilkan oleh manusia. Implikasi bagi PR strategist korporasi adalah bahwa mereka dapat mengandalkan hasil analisis media sosial lainnya dengan  mengetahui bahwa percakapan statistik tidak disengaja dibentuk oleh entitas dengan kepentingan tertentu melalui bot sosial.

Daftar Referensi:

  • Fahmi I, 2018 Drone Emprit Academic: Software for Social Media Monitoring and Analytics. 
  • Johar, Gita & Jun, Youjung & Meng, Rachel. (2017). Perceived Social Presence Reduces Fact Checking. Proceedings of the National Academy of Sciences. 114. 10.1073/pnas.1700175114.
  • Sethi, S. & Martell, Terrence & Demir, Mert. (2016). Building Corporate Reputation Through Corporate Social Responsibility (CSR) Reports: The Case of Extractive Industries. Corporate Reputation Review. 19. 10.1057/s41299-016-0004-1.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline