Di sebuah pedesaan kecil yang dikelilingi oleh perbukitan hijau, hiduplah seorang pemuda bernama joko. Joko tumbuh dalam keluarga yang gemar bercerita dan menghargai seni kata-kata. Ayahnya, seorang penyair terkenal di desa itu, sering mengajarkannya bahwa setiap kata memiliki makna yang dalam.
Joko, yang memiliki impian untuk mengikuti jejak sang ayah, sering menghabiskan waktunya di tepi sungai, menulis puisi-puisi kecil tentang keindahan alam di sekitarnya. Suatu hari, ketika sedang menelusuri hutan, dia menemukan sebuah buku kuno yang tertimbun di antara rerimbunan daun kering.
Dalam buku itu, Joko menemukan cerita yang memberikan makna yang dalam tentang kehidupan. Dengan setiap kata yang ia baca, Joko merasakan getaran emosi yang mendalam. Ia menyadari bahwa makna sejati dari kata-kata itu tidak hanya terletak pada kisah yang diuraikan, tetapi juga dalam cara mereka mempengaruhi dan merangkul jiwa pembacanya.
Dengan semangat yang membara, Joko mulai menulis puisi-puisi yang menggambarkan kehidupan sehari-harinya, membiarkan makna di balik kata-kata menceritakan kisah-kisah yang tersembunyi di dalam setiap peristiwa. Melalui karya-karyanya, ia berbagi kebijaksanaan yang ia dapatkan dari buku kuno itu, membiarkan kata-kata membawa makna yang lebih dalam dan menarik bagi pembaca di seluruh desa.
Akhirnya, Joko berhasil mengukir namanya di dunia sastra desanya. Dia memperlihatkan kepada orang-orang bahwa di balik setiap kata ada makna yang tak ternilai, dan dengan pengertian itu, ia menginspirasi orang lain untuk menemukan keajaiban yang tersembunyi di dalam setiap rangkaian kata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H