Lihat ke Halaman Asli

Kikuk Bilang Sayang ke Ibu...

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Saya lahir pada tahun 1993 dan pada tahun 1995 adik laki-laki saya yang pertama lahir, pada masa kecil kami berdua sama sekali tidak akur, selalu berebut apa saja yang ada di rumah dan selalu saya yang akhirnya mengalah dan menangis, dipikiran saya orang rumah selalu berlaku tidak adil kepada saya, sempat saya mogok makan karena ngambek dan hari ini saya mengerti kenapa pada masa kecil saya dan adik saya (Habibi) tidak pernah akur karena kami berdua masih dalam masa-masa egosentris yang sangat tinggi.

11 tahun kemudian, adik saya yang kedua (Syahrul) lahir, saya dan Habibi sangat memanjakan Syahrul, anehnya mungkin karena saya perempuan sering kali Syahrul lebih sering memilih bermain dengan Habibi, mereka bermain laptop, sepak bola, makan bersama dan melakukan hal lain juga selalu bersama, pernah suatu saat ketika Syahrul bersama saya telontar pertanyaan “lebih sayang mana mbak apa mas?” dan dengan polosnya dia menjawab “mas !!”. gubraaaakkk !. Bolehkah bertanya seperti itu kepada anak kecil? Tidak ada efeknya kah bagi perkembangan psikologis anak kecil ??

Padahal dilihat-lihat saya lebih sering memberikan perhatian dan juga lebih sering memberikan makanan dan barang-barang kesukaan Syahrul pada waktu hari ulang tahunnya ataupun pada hari biasanya. Disini lagi-lagi saya sadar bahwa anak kecil tidak bisa dipaksakan harus lebih sayang hanya karena sebuah makanan dan barang kesukaannya, jiwa anak kecil sangatlah murni. Dan juga saya bertanya apakah kesamaan jenis kelamin mempengaruhi rasa nyaman dan aman pada anak kecil ??

Anehnya lagi, Habibi dan Syahrul lebih terbuka dengan saya, semua hal kecil yang mereka lakukan seharian diceritakan kepada saya daripada ke ibu, mungkin karena mereka tidak terbiasa sharing atau curhat dengan ibu karena ibu saya dari jam 9 pagi sampai jam 4 sore ibu bekerja sebagai akuntan di KUD (Koperasi Unit Desa). Saya menyadari begitu pentingnya intensitas hubungan emosional antara ibu dan anak sejak usia dini yang akan berdampak sampai masa depan mereka. Tetapi jauh di dalam lubuk hati adik-adik saya mereka bingung mengekpresikan rasa kasih sayang ke ibu karena tidak terbiasa manja dengan ibu. Bagaimanakah cara membiasakan mengungkapkan rasa kasih sayang ke ibu? Terkadang Karena sudah dewasa kita malu dan kikuk mengungkapkan rasa kasih sayang ke ibu.

Jadi, disini saya paham Perkembangan anak (khususnya usia dini) penting dijadikan perhatian khusus bagi orangtua dan guru. Sebab, proses tumbuh kembang anak akan mempengaruhi kehidupan mereka pada masa mendatang. Anak usia dini sendiri merupakan kelompok yang berada dalam proses perkembangan unik. Dikatakan unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan kembang) terjadi bersamaan dengan golden age (masa peka/masa keemasan). Begitu pentingnya sehingga sangat mempengaruhi apa dan bagaimana mereka di masa yang akan datang.

Berikut merupakan kata mutiara dari Dorothy Law Nolte (1945):

“Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri. Jika anak dibesarkan dengan hinaan, ia belajar menyesali diri. Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri. Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan."

Kata-kata tersebut memiliki makna yang mendalam bahwa peranan orang tua memang sangat besar bagi tumbuh kembang anak. Untuk itu, orang tua maupun guru harus memahami tahap-tahap tumbuh kembang anak dan bagaimana menstimulasinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline