[caption id="attachment_84125" align="alignleft" width="240" caption="Salah seorang wanita pemberi jasa suun"][/caption] Pasar Kumbasari Denpasar – Langit malam hitam pekat, ditambah kilauan cahaya lampu jalan yang semakin menerangi jalan-jalan dan lorong-lorong pasar Kumbasari Denpasar. Puluhan bahkan ratusan orang tumpah ruah dalam jual beli pasar tradisional di sini. Sedikit pandangan saya melihat beberapa sosok wanita perkasa yang mondar mandir menawarkan jasanya kepada saya untuk dibantu membawakan barang belanjaan di pasar. “pak bantu suun pak” sapa Wayan Kartini kepada kami. Kartini yang berjuang di pasar demi beberapa lembar uang untuk menghidupi dirinya dan keluarganya. Kartini yang satu ini memang asli Indonesia dan khususnya asli Bali, wanita paruh baya ini rela merelakan waktunya berlama-lama di pasar hanya untuk mengangkat barang-barang belanjaan pembeli maupun pedangan yang membutuhkan bantuannya. Yang unik adalah barang yang dibawa bukan digendong atau diangkat oleh kedua tangan, melainkan dijinjing di atas kepalanya. Kegiatan itu sering disebut Suun. “Sungguh luar biasa wanita Bali ini” ungkap kawan saya dari luar Bali. Potret perjuangan yang perlu kiranya ditiru, semangat berusaha walau sampai harus menjinjing atau dijunjung di atas kepala. Lain di pasar lain pula di tempat peribadatan (Pura) ketika upacara hari-hari besar Hindu tiba, seperti Galungan dan Kuningan, beberapa ibu-ibu muda dan tua saling bahu membahu membawa buah-buahan yang sudah tertata rapi di tempatnya, yang nantinya buah-buah itu akan disucikan oleh seorang pedanda (tokoh pemimpin upacara) di Pura, yang sama uniknya, buah-buah yang telah disusun rapi tersebut dijinjing pula di atas kepalanya. [caption id="attachment_84136" align="aligncenter" width="300" caption="photo by Google.com"] [/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H