Lihat ke Halaman Asli

Dzaky Fawwaz

Mahasiswa

Pemahaman Singkat Teori Merkantilisme

Diperbarui: 7 Maret 2024   16:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Merkantilisme adalah sebuah paham teori ekonomi yang berkembang pada abad ke-16 hingga ke-18 di Eropa. Teori ini mengedepankan kepentingan negara dalam mencapai kekuatan ekonomi dan kekayaan melalui perdagangan internasional. Pada zaman merkantilisme, negara-negara berusaha untuk meningkatkan ekspor dan membatasi impor dengan tujuan mengumpulkan sebanyak mungkin emas dan perak, yang dianggap sebagai kekayaan sejati pada masa itu.

Salah satu prinsip utama merkantilisme adalah keseimbangan perdagangan yang positif, di mana nilai ekspor harus lebih tinggi daripada nilai impor. Negara-negara merkantilis berusaha untuk menciptakan surplus perdagangan dengan menjual lebih banyak barang kepada negara lain daripada yang mereka beli. Mereka juga menerapkan kebijakan proteksionis seperti tarif dan kuota impor untuk melindungi industri dalam negeri dari persaingan asing.

Selain itu, merkantilisme juga mengedepankan akumulasi emas dan perak sebagai sumber kekayaan negara. Negara-negara merkantilis berupaya untuk memperoleh sebanyak mungkin emas dan perak dengan menjual barang-barang mereka kepada negara lain dan membatasi impor mereka. Kekayaan yang terakumulasi dianggap sebagai sumber kekuatan ekonomi dan politik negara.

Merkantilisme telah banyak dikritik dan dikaji ulang oleh para ekonom modern. Beberapa kritik terhadap merkantilisme termasuk pandangan bahwa teori ini mengabaikan manfaat perdagangan internasional yang saling menguntungkan, mendorong proteksionisme yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi jangka panjang, dan gagal memahami prinsip-prinsip dasar ekonomi seperti permintaan dan penawaran.

Meskipun merkantilisme tidak lagi menjadi pendekatan utama dalam kebijakan ekonomi modern, pemikiran dan konsep yang muncul dari masa merkantilisme masih memiliki pengaruh dan relevansi dalam studi sejarah ekonomi dan kebijakan perdagangan internasional.

Berikut beberapa aspek dan karakteristik tambahan tentang merkantilisme:

1. Kolonisasi dan Imperialisme: Merkantilisme erat terkait dengan era kolonisasi dan imperialisme. Kekuatan Eropa berusaha untuk mendirikan koloni di tanah-tanah yang jauh untuk mengamankan akses terhadap bahan baku dan menciptakan pasar budak bagi barang-barang manufaktur mereka. Koloni-koloni tersebut dianggap sebagai sumber kekayaan dan sebagai pasar ekspor dari negara asal.

2. Bullionisme: Merkantilis percaya bahwa akumulasi logam mulia, terutama emas dan perak, sangat penting bagi kekuatan ekonomi suatu negara. Mereka meyakini bahwa sebuah negara harus berupaya mempertahankan neraca perdagangan yang menguntungkan, dengan mengekspor lebih banyak barang daripada yang diimpor untuk mendapatkan surplus logam mulia. Perolehan logam mulia dianggap sebagai ukuran kekayaan dan kekuatan.

3. Regulasi Perdagangan: Kebijakan merkantilis bertujuan untuk mempromosikan industri dalam negeri dan melindunginya dari persaingan asing. Pemerintah menerapkan berbagai regulasi seperti tarif, pembatasan impor, subsidi ekspor, dan monopoli untuk memastikan pertumbuhan industri dalam negeri dan meningkatkan ekspor. Penekanan diberikan pada pengembangan ekonomi mandiri dan pengurangan ketergantungan pada impor.

4. Monopoli Perdagangan Kolonial: Kekuatan Eropa mendirikan hak perdagangan eksklusif dan monopoli atas wilayah atau barang tertentu di koloni mereka. Hal ini memungkinkan mereka mengendalikan dan memaksimalkan keuntungan dari perdagangan kolonial, seringkali dengan mengorbankan kepentingan koloni itu sendiri.

5. Undang-Undang Navigasi: Banyak negara merkantilis menerapkan Undang-Undang Navigasi, yang menyatakan bahwa perdagangan kolonial hanya boleh dilakukan dengan negara asal. Undang-undang ini membatasi perdagangan kolonial dengan negara lain dan memastikan bahwa koloni secara utama melayani kepentingan ekonomi negara penguasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline