Lihat ke Halaman Asli

Dzakwan Ariqah

Mahasiswa Institut Teknologi Bandung

Kita Layak Bermimpi

Diperbarui: 23 November 2024   07:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siswa Kelas 4 SDN 215 Rancasagatan. Dokumen Pribadi

Bayangkan seorang anak kecil dari sebuah desa terpencil yang sedang memadang langit malam berbintang lalu dengan polosnya ia berkata, "Nanti, aku ingin menjadi astronot." Sederhana, bukan? Tetapi, di balik kesederhanaan itu, ada percikan mimpi besar yang bisa membawanya melampaui batas kehidupan kecilnya. Sebuah mimpi yang mungkin tampak mustahil bagi sebagian orang, namun bagi dirinya adalah itu adalah sebuah janji untuk terus melangkah.  

Setiap kita layak bermimpi. Tidak peduli seberapa kecil atau besar mimpi itu, siapa kita, atau darimana kita berasal. Mimpi adalah milik semua orang, tanpa terkecuali. Bahkan, mimpi sering kali menjadi pendorong terbesar dalam hidup seseorang. Tanpa mimpi, hidup bisa terasa datar, kehilangan arah, dan kurang bermakna.  

Sejarah penuh dengan kisah orang-orang yang meraih mimpinya meski berangkat dari nol. Siapa yang tidak mengenal Walt Disney? Sebelum berhasil menciptakan kerajaan hiburan terbesar di dunia, ia dipecat dari pekerjaannya sebagai jurnalis karena dianggap "tidak punya imajinasi." Tapi mimpi untuk membawa kebahagiaan ke seluruh dunia membuatnya terus mencoba.

Atau kisah seorang penulis yang kini termasyur dari salah satu pulau kecil di Indonesia. Ya, Andrea Hirata, penulis Indonesia yang tumbuh di lingkungan sederhana di Pulau Belitung, kala itu jauh dari kemajuan layaknya kota-kota besar di pulau jawa. Tentang mimpi dalam tulisannya di sebuah buku yang menggambarkan kehidupan kampung halamannya. Siapa sangka, Laskar Pelangi menjadi kini salah satu novel terbaik Indonesia yang diterjemahkan ke dalam banyak bahasa.  

Orang-orang ini tidak dilahirkan di tempat yang nyaman atau punya segalanya. Tapi satu hal yang mereka miliki adalah keberanian untuk bermimpi dan kegigihan untuk mewujudkannya.  

Namun, mengapa sering kali kita ragu untuk bermimpi? Rasa takut gagal, kritik dari orang lain, atau bahkan tekanan hidup sering menjadi penghalang. Sebagian dari kita mungkin berpikir, "Ah, siapa saya ini? Saya hanya orang biasa, saya lahir bukan dari keluarga kaya." Tapi kenyataannya, setiap orang yang berhasil mewujudkan mimpinya juga pernah berpikir seperti itu.  

Mimpi bukan tentang siapa kita saat ini, tetapi siapa yang ingin kita capai di masa depan. Hal ini yang perlu kita tanamkan dalam pikiran. Mimpi bukan hak eksklusif mereka yang pintar, kaya, atau berbakat. Mimpi adalah hak kita semua, termasuk mereka yang merasa tidak punya apa-apa.  

Bermimpi adalah awal dari sebuah perjalanan panjang dalam hidup. Ia seperti peta yang menunjukkan arah, meskipun jalannya mungkin berliku. Saat kita memiliki mimpi, kita menciptakan tujuan yang memotivasi langkah kita setiap hari.  

Tentu saja, jalan menuju mimpi tidak selalu mulus. Banyak rintangan yang akan kita hadapi. Tapi di situlah letak keajaiban mimpi bahwa ia membuat kita lebih kuat. Ketika gagal, kita belajar untuk bangkit. Ketika lelah, kita ingat alasan mengapa kita memulai.  

Saya sendiri pernah merasakan hal ini. Sebagai mahasiswa, dulu saya bermimpi bisa masuk ke perguruan tinggi ternama di Indonesia. Di tengah perjalanan, sering kali saya merasa ingin menyerah. Namun, setiap kali rasa putus asa datang, saya mengingat mimpi itu. Saya melihat orang tua saya, membayangkan senyum mereka saat mimpi itu tercapai. Dan di sinilah saya sekarang, bukan karena saya lebih pintar dari orang lain, tetapi karena saya percaya pada mimpi saya bahwa siapapun berhak untuk mencapai mimpi-mimpinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline