Lihat ke Halaman Asli

Dzakwan Ariqah

Mahasiswa Institut Teknologi Bandung

Fokus Akademik, Kesehatan Mental Terabaikan?

Diperbarui: 19 November 2024   19:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: pixabay.com/id/users/totalshape

~~
Masa perkuliahan sering dianggap sebagai salah satu fase paling penting dalam hidup. Pada tahap ini, mahasiswa dihadapkan pada berbagai tantangan seperti mengejar tuntutan akademik, beradaptasi dengan lingkungan yang baru, membangun relasi, hingga mengelola keuangan. 

Di balik segala dinamika tersebut, ada satu hal yang sering terabaikan: kesehatan mental.
Seringkali mental terabaikan karena kesibukan perkuliahan dan tekanan yang dialami. Padahal, kondisi psikologis yang stabil sama pentingnya dengan kemampuan intelektual kita dalam menentukan keberhasilan di perguruan tinggi.  

Paradigma dan mindset yang kurang dipahami oleh sebagian mahasiswa adalah menjadikan bangku perkuliahan layaknya ajang untuk berkompetisi mengejar nilai dan indeks prestasi yang tinggi. Namun, pada hakikatnya perkuliahan bukan sekadar menuntut mahasiswa untuk cerdas secara akademik, tetapi juga tangguh secara emosional. Jadwal yang padat, tugas yang menumpuk, ekspektasi orang tua, hingga kompetisi di lingkungan kampus seringkali menjadi tekanan berat. 

Selain itu, mahasiswa juga harus belajar hidup mandiri, terutama bagi mereka yang tinggal jauh dari keluarga.  

Ironinya, banyak mahasiswa merasa malu atau takut untuk membicarakan masalah mental mereka. Stigma negatif terhadap kesehatan mental, seperti anggapan bahwa mengeluh berarti lemah, masih kuat melekat di masyarakat. Akibatnya, banyak mahasiswa yang memilih memendam perasaan stres, cemas, atau bahkan depresi.  

Sungguh sangat di sayangkan jika mahasiswa hanya fokus pada kemampuan intelektual namun gagal dalam memahami kondisi kesehatan mental pribadinya. Kesehatan mental yang terganggu dapat berdampak besar pada kehidupan mahasiswa. Produktivitas belajar menurun, motivasi hilang, hingga berujung pada performa akademik yang buruk. Lebih dari itu, kondisi mental yang tidak terkelola dapat memengaruhi aspek sosial dan fisik seseorang. 

Misalnya, seseorang yang mengalami kecemasan berlebih mungkin akan kesulitan dalam membangun relasi dengan orang disekitarnya, atau bahkan kehilangan nafsu makan hingga jatuh sakit.

Dalam beberapa kasus, gangguan kesehatan mental yang tidak ditangani bisa memicu tindakan yang lebih ekstrem, seperti keinginan untuk mengakhiri hidup. Data menunjukkan bahwa angka kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa meningkat setiap tahunnya, dan banyak di antaranya disebabkan oleh beban mental yang tak tertahanka karena tekanan pendidikan. Lalu  mengapa kesehatan kental karus diprioritaskan?

Memerhatikan kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik. Sebagaimana tubuh yang membutuhkan nutrisi dan olahraga untuk tetap sehat, pikiran juga memerlukan perhatian khusus agar tetap seimbang. Kesehatan mental yang baik memungkinkan mahasiswa untuk dapat terlihat dalam beberapa hal berikut ini.

1. Mengelola stres dengan lebih baik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline