Lihat ke Halaman Asli

Dzakwan Ariqah

Mahasiswa Institut Teknologi Bandung

Menyoal Fenomena Buruknya Etika saat Berkomentar di Media Sosial

Diperbarui: 5 Januari 2024   04:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: pixabay.com

"Bermedia sosial adalah hak setiap diri dan menjaga etika adalah kewajiban yang utama."

Sudah menjadi hal yang lumrah di tengah kehidupan yang semakin canggih ketika seseorang berselancar di media sosial. Media sosial juga sudah tidak asing bagi anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua sekalipun. Media sosial kini menjadi sarana untuk berkomunikasi yang tidak mengenal batas ruang dan waktu, membuat dan menikmati konten, hingga berbagi dan mengakses informasi. Media sosial juga menawarkan berbagai macam kemudahan yang dapat dimanfaatkan berbagai profesi. Misalnya, pelaku bisnis kini dapat menjadikan media sosial sebagai wadah untuk mengenalkan produk atau jasa yang ditawarkan. Media sosial juga memudahkan pelaku bisnis untuk menarik pelanggan dengan cara promosi di media sosial.

Tidak hanya itu, hampir seluruh aspek kehidupan di dunia dimudahkan dengan hadir dan berkembang pesatnya media sosial. Kemudahan mengakses media sosial menjadikan media sosial selalu berhubungan dengan aktivitas sosial kehidupan seperti pekerjaan, belajar, bisnis, kesehatan, dan lain-lain. Sebagai contoh, kemudahan untuk mempublikasikan dan membaca tulisan ini adalah dampak positif dari perkembangan media sosial.

Perlu menjadi pengetahuan bersama, bahwa data pengguna media sosial di Indonesia menunjukan angka yang cukup tinggi. Melansir data dari Reportal, bahwa di tahun 2023, terdapat total 167 juta pengguna media sosial. Hal ini memberikan gambaran hadrinya media sosial telah dinikmati oleh hampir 62 persen penduduk Indonesia.

Media sosial adalah wadah yang memungkinkan terjadinya kegiatan komunikasi antar penggunanya. Di media sosial seseorang dapat mengutarakan pendapatnya dengan bebas. Namun, sangat disayangkan kebebasan berpendapat di media sosial justru berdampak negatif. Kini, sudah menjadi kenyataan pahit yang harus terima bahwa hadirnya media sosial membuat etika dalam berkomentar telah rusak. Kebebasan berkomentar di media sosial membuat seoarang terkesan gampang untuk berkata seenaknya tanpa memikirkan norma dan dampak yang ditimbulkan.

Berdasarkan data penelitian yang dilakukan oleh Microsoft 2020 Digital Civility Index, survey untuk mengukur tingkat kesopanan pengguna internet, menunjukkan bahwa netizen Indonesia menempati rangking bawah sekaligus menujukkan sebagai netizen paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Sungguh, sangat miris melihat kejadian ini. Tapi, inilah fakta yang tidak dapat dipungkiri.
Mungkin bagi sebagian orang menganggap media sosial adalah media berekspresi dan berinteraksi dengan bebas. Namun, kita menyadari bahwa dalam bermedia sosial sejatinya kita berhubungan dengan banyak orang. 

Etika dan norma kesopanan sejatinya harus dijunjung tinggi dalam bermedia sosial. Kemudahan berkomentar dimedia sosial jangan menyebabkan kita terjerumus pada kebablasan yang merugikan. Penulis mengatakan demikian karena banyak yang suka berkomentar di media sosial namun tidak memikirkan dampak yang ditimbulkan. Berkomentar yang tidak etis akan menyebabkan dampak negatif seperti konflik, rusaknya hubungan pertemanan di media sosial dan sebagainya. Oleh karena itu, penting menjadi perhatian bersama kita bahwa kebabasan berkomentar di media sosial harus disikapi dengan bijak, memastikan bahwa tulisan yang kita sampaikan adalah hal baik yang membawa dampak positif.

Lalu bagaimana seharusnya kita sebagai pengguna, bersikap yang layak ketika dimedia sosial?

Berikut adalah beberapa aturan tidak tertulis yang dapat menjadi prinsip ketika berinteraksi di media sosial

1. Bersikap Sopan di Media Sosial

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline