Lihat ke Halaman Asli

Bang Pray

Educator, Microsoft Inovative Educator, Writer

Fenomena Kalap Belanja Makanan Menjelang Berbuka, Indikasi Kurangnya Pemahaman Kita akan Hakikat Puasa

Diperbarui: 2 Mei 2020   06:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

futurenews.tv

Fenomena Kalap Belanja Makanan

Bulan ramadan adalah bulan puasa, dimana kita diperintahkan untuk menahan lapar dan dahaga mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari  selama kurang lebih 12 jam. Menahan lapar dan haus selama itu memang tidak mudah. Kita yang biasanya makan dan minum, kadang-kadang juga masih ngemil dengan berbagai makanan ringan kesukaan kita. Namun pada saat bulan ramadan kita harus menahannya.

Saat berbuka memang waktu yang dinantikan oleh orang yang berpuasa, karena memang salah satu kebahagiaan orang berpuasa adalah saat berbuka menyantap makanan yang kita inginkan. Biasanya karena kita menahan lapar dan dahaga sebelumnya, timbul keinginan nantinya saat menjelang buka pengen makan ini dan itu. 

Sambil menunggu berbuka puasa bisanya kita ngabuburit sambil nyari takjil untuk berbuka puasa. Umumnya kita sering kalap di sini, sebab banyak sekali pedagang yang menjual beraneka makanan dan minuman siap saji, yang bisa disantap saat berbuka. Ingin rasanya nyobain semua makanan dan minuman yang dijual. 

Akhirnya kita membeli beraneka makanan dan minuman untuk takjil, yang sebenarnya tidak mungkin kita makan semuanya sebab kapasitas daya tampung perut kita kan terbatas.

Hakikat Puasa Ramadhan

Fenomena kalap belanja makanan memang kerap kali terjadi saat bulan ramadan. Dan hal ini sulit untuk dihindari, maka agar kita bisa menghindarinya kita harus memahami hakikat puasa itu sendiri. Secara bahasa puasa berasal dari Bahasa Arab shama-yashumu-shauman yang berarti al-imsak (menahan), yaitu menahan dari makan dan minum dan segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa serta dapat mengurangi nilai puasa itu sendiri.

Jadi puasa tidak hanya menahan lapar dan dahaga, menahan makan dan minum saja, tetapi lebih dari itu menahan diri dari segala sesuatu yang dapat mengurangi nilai puasa itu sendiri. Contohnya adalah saat puasa ini kita harus mampu menahan diri untuk tidak menggunjing dan berbohong sebab keduanya akan menyebabkan puasa kita berkurang nilainya di hadapan Allah, bahkan bisa jadi puasa kita menjadi tidak bernilai sama sekali dihadapan Allah. Sebab kita belum mampu meninggalkan sesuatu yang dapat mengurangi niali puasa.

Kalap saat belanja makanan untuk berbuka, serta kalap menyantap berbagai makanan dan minuman saat takjil, mengindikasikan bahwa kita belum mampu menahan hawa nafsu kita. Nafsu untuk memuaskan hasrat makan dan minum kita. 

Padahal perut adalah sarangnya penyakit dimasuki terlalu banyak makanan. Memasukkan makanan berlebihan saat berbuka juga akan menyebabkan kita malas dan mengantuk, sehingga mengakibatkan kita sering meninggalkan shalat tarawih dan witir pada malam hari bulan ramadhan. Padahal shalat tarawih dan witir berjamaah pada bulan ramadhan ini pahalanya seperti orang shalat malam semalam suntuk.

Kapan lagi bisa mendapatkan pahala shalat malam semalam suntuk kalau tidak pada bulan ramadan ini. Makanya kita harus memanfaatkan momen bulan ramadan ini untuk meraih semua kebaikan dan keutamaannya, jangan sampai kita ketinggalan atau malah kita melewatkannya dengan sengaja. Sungguh sangat merugi kita kalau sampai ketinggalan apalagi kalau melewatkannya dengan sengaja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline