Lihat ke Halaman Asli

Bang Pray

Educator, Microsoft Inovative Educator, Writer

Raden Ajeng Kartini: Antara Kemanusiaan, Solidaritas Sosial, dan Ningrat Model Baru

Diperbarui: 21 April 2020   15:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari ini hari Selasa yang bertepatan dengan tanggal 21 April 2020, yang diperingati sebagai hari Kartini di mana pada tanggal ini pula pahlawan nasional yang dikenal sebagai tokoh pejuang emansipasi wanita ini dilahirkan. 

Sudah banyak tulisan yang membahas tentang biografi R.A. Kartini makanya saya tidak akan membahas tentang biografinya. Ada hal yang menarik yang ingin saya soroti dari ide pemikiran dan perjuangannya. 

Pandangannya tentang kemanusiaan nampak dalam ungkapannya dimana ia ingin dipandang sebagai individu yang sama dengan orang lain. Kartini merasa tidak berbeda dengan rakyat biasa yang sama-sama hidup dibawah penjajahan. 

Bahkan kartini ingin dipanggil Kartini saja, tanpa ditambah dengang embel-embel Raden Adjeng. Hal ini terungkap dalam suratnya kepada Stella Zeehandelaar pada tanggal 17 Mei 1902. Dalam suratnya tersebut, Kartini menulis, 

"... For the first time, my name would come out openly in connection with my people. I am proud of that, Stella to be named in the same breath with my people. 

Kartini tidak mau dianggap jauh di atas orang lain, lebih- lebih di atas orangyang sering disebut dengan rakyat jelata. Kartini  merasa bahwa ia sama dengan masyarakat lainnya yang bukan ningrat, merasa senasib dan seperjuangan, sebab sama-sama di jajah oleh Belanda. 

Pandangannya ini munkin muncul karena dampak  perkenalannya dengan Stella Zeehandelaar melalui kegiatan surat menyuratnya. Dimana  Stella Zeehandelaar merupakan sosok gadis yang demokratis karena memang ia berada dilingkungan masyarakat Barat yang demokratis, disamping itu juga ia merupakan anak orang biasa. 

Humanitarianisme Kartini merupakan refleksi kritis dari stratifikasi sosial yang hierakhis akibat konstruk budaya yang feodalistik. Gagasan ini merupakan bibit awal kemunculan ide persamaan derajat atau yang dikenal dengan emansipasi dimana wanita sudah selayaknya ditempatkan pada proporsi yang semestinya. 

Pada sisi yang lain pandangan dan pemikirannya tersebut juga mencerminkan adanya solidaritas sosial antara bangsa-bangsa yang sedang dijajah oleh bangsa asing. 

Apalah artinya memiliki darah bangsawan, dihormati, hidup mewah dan lain sebagainya, apabila ia juga sama-sama berada dibawah penguasaan bangsa lain. Arti dari semua itu adalah sebuah realitas bahwa bangsawan dan rakyat jelata berada dalam posisi yang sama, yaitu sama-sama dikuasai bangsa asing.1

Maka dalam rangka memperingati hari Kartini ini,  marilah mengingat kembali kemanusiaan dan solidaritas sosial yang diajarkan oleh R.A. Kartini. Sebab akhir-akhir ini kemanusiaan mulai terkikis dan terkoyak-koyak, solidaritas sosial mulai memudar dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline