Lihat ke Halaman Asli

Bang Pray

Educator, Microsoft Inovative Educator, Writer

Awal Kemarahan itu Kegilaan, dan Akhirnya Penyesalan

Diperbarui: 20 April 2020   22:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

jagokata.com

Setiap dari kita pasti ada yang pernah marah. Pernah marah itu wajar, yang tidak wajar itu adalah pemarah atau suka marah-marah. Kalau sukanya marah-marah berarti ini tidak wajar.

Sebab marah atau nafsu amarah adalah fitrah yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Kalau manusia tidak punya amarah ya tidak mungkin, karena Nabi saja juga pernah marah dan bisa marah. 

Namun demikian kita harus tetap mengatur dan mengontrol kemarahan kita. Sebab jika kita tidak mengontrolnya dan lepas kendali akan mendatangkan malapetaka.

Sering kita saksikan berita di televisi yang sangat memprihatinkan gara-gara tidak bisa mengontrol kemarahannya kemudian menyiksa anaknya sendiri karena marah dan jengkel yang berakhir dengan kematian, kemudian berakhir dengan penyesalan.

Ada marah yang baik atau terpuji dan ada juga marah yang tidak baik atau tercela. Kapan marah itu dikategorikan marah yang terpuji? Manakala marah tersebut karena Allah dengan tujuan memberikan pendidikan dan pelajaran serta tidak melampaui batas.

Marah dalam rangka membela kehormatan, harga diri, harta, agama, hak-hak umum, atau menolong orang yang dzalimi juga termasuk marah yang terpuji.

Sementara marah yang tidak terpuji atau tercela adalah marah yang bukan karena Allah dan tujuannya sekedar untuk melampiaskan emosi dan hawa nafsu belaka, juga tidak memberikan pendidikan dan pelajaran, serta melampaui batas. Marah sebagai tindakan balas dendam demi dirinya sendiri juga termasuk marah yang tercela.

Ada sebuah hadits yang mungkin bisa memotivasi kita untuk senantiasa mengendalikan nafsu amarah, agar kita tidak menyesal kemudian gara-gara tidak mampu mengendalikan amarah sehingga melakukan tindakan-tindakan yang tercela.

"Orang yang kuat bukanlah orang yang jago Gulat, namun orang yang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah." (HR. Bukhari).

Hadits ini menganjurkan agar kita berusaha mengendalikan dan menahan dorongan nafsu apabila ada sesuatu yang membuat kita marah sehingga muncul dorongan kuat untuk segera menyerang. Sebab marah merupakan salah satu sifat yang sudah menjadi tabiat manusia, jika ada yang mengusik-usiknya, maka gejolak amarah akan bangkit.

Pesan kuat yang terkandung dalam hadits adalah supaya kita  bersungguh-sungguh  dalam menahan diri dari perbuatan buruk, mampu mengendalikan anggota badan agar tidak menyerang seseorang yang membuatnya emosi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline