Lihat ke Halaman Asli

Bang Pray

Educator, Microsoft Inovative Educator, Writer

Orang Merdeka Cukup dengan Isyarat

Diperbarui: 3 April 2020   22:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Orang yang merdeka memiliki derajat yang mulia disisi manusia dari pada seorang budak (hamba sahaya). Namun disisi Allah tidak ada bedanya antara orang merdeka dan hamba sahaya, kecuali ketakwaanlah yang membedakan antara keduanya disisi Allah swt.  

Semenjak pertama kali Islam diturunkan, ia membebaskan manusia dari penghambaan sesama manusia menuju penghambaan kepada Allah swt. Kalimat tauhid adalah kalimat pembebasan bagi umat manusia dari penghambaan terhadap sesama manusia menuju penghambaan yang mutlak kepada Allah swt, Tuhan semesta alam pencipta semua yang ada di langit dan di bumi. Orang yang tunduk dan patuh sebagai hamba Allah berarti ia telah mencapai kebebasan yang hakiki. Karena ia terlepas dari rasa ketergantungan terhadap makhluk.

Perbudakan merupakan budaya bangsa Arab pada masa lalu (jahiliyah). Pada masa jahiliyah para budak seakan-akan tidak memiliki  nilai atau arti apa-apa bahkan diperlakukan tidak selayaknya manusia, diperdagangkan dan diperjualbelikan layaknya barang dagangan. Setelah datang Rasulullah saw dengan membawa risalah islamiyah, berubahlah tatanan kehidupan bangsa arab. 

Maka terangkatlah kedudukan para budak saat itu. Rasulullah saw mempersaudarakan golongan hamba dengan golongan bangsawan, Bilal bi Rabbah disaudarakan dengan pamannya Hamzah. Bukti selanjutnya, sebagai kafarat dosa dalam Islam membebaskan budak atau hamba sahaya ditetapkan sebagai opsi yang pertama.

Bagi orang yang berakal dan memiliki wawasan serta pengetahuan yang mendalam, tentu dapat membaca ruh Al-Qur'an bahwasannya Islam membenci perbudakan. Mengapa Islam membenci perbudakan? Karena perbudakaan adalah suatu perkara yang tidak bertamaddun atau tidak memiliki peradaban, namun ia adalah sesuatu yang biasa di masa lalu, misalnya kita lihat dalam film perbudakan bahwasannya ia merupakan norma dan budaya masyarakat masa lalu. Walapun Islam tidak mengharamkan perbudakan secara langsung, namun dalam ajaran Islam nampak jelas bahwa Islam tidak menyukai dan membenci perbudakan.

Pada zaman modern sekarang ini telah banyak manusia yang menjadi budak, bahkan merelakan dirinya untuk menjadi budak. Manusia telah diperbudak oleh hawa nafsu, harta, kedudukan, pangkat dan jabatan. Sehingga menghalalkan segala cara untuk mencapainya. Ia tidak lagi peduli terhadap rambu-rambu dan syariat Islam yang telah ditetapkan oleh Allah swt. 

Nasehat dan peringatan yang telah diberikan oleh para da'i dan penceramah tidak membuat para manusia sadar akan kesalahannya, bahkan kedzaliman merajalela di mana-mana gara-gara manusia telah menjadi budak hawa nafsu, harta, pangkat, jabatan dan kedudukan.

Al-'abdu yudrabu bil 'asa wa al-hurru yakfi bi al-isyarati. Begitu adagium Arab mengajarkan kepada kita perbedaan antara seorang budak dan orang merdeka. 

Orang merdeka cukup dengan nasehat dan peringatan, sementara budak harus dipukul baru dia mengerti dan melaksanakan apa yang disampaikan atau diperintahkan kepadanya. Maka orang yang tidak bisa dinasehati dengan perkataan dan peringatan, kemudian baru mengerti dengan bahasa pukulan maka kedudukan orang tersebut laksana  sahaya.

Maka apakah kita tidak mengambil pelajaran berharga dari adagium arab tersebut. Allah swt telah memuliakan manusia dengan menurunkan syariat Islam yang mengatur kehidupan manusia secara menyeluruh. Islam juga mengajarkan nilai-nilai kemanusian yang universal. Tidak membeda-bedakan manusia berdasarkan status sosial masyarakat. Akan tetapi yang membedakan kedudukan manusia di mata Allah adalah derajat ketakwaannya. 

Allah swt berfirman: "Inna akramakum 'indallahi atqaakum." Sesungguhnya orang yang paling mulia kedudukannya disisi Allah adalah yang paling bertaqwa diantara kamu." (QS: Al-Hujurat: 13). Dalam hadits juga disebutkan " innallaha la yandzuru ila ajsaamikum walakin yandzuru ila qulubikum" (Al-Hadits). Sesungguhnya Allah tidak melihat pada jasad kalian tetapi Allah melihat kepada hati kalian."  Wallahu a'lam ishawab.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline