Lihat ke Halaman Asli

Aku Kepada Layar Listrik

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

aku tidak terlahir bisu. dengan karuniaNya aku sampai di bumi. sehat. sentausa. tak kurang satu indera pun. syukur yang teramat ku tujukan padaNya.

selayaknya cucu adam. aku tertakdir untuk kritis. akalku tak henti-hentinya mereproduksi sejuta tanya. setiap waktu. tapi aneh. bibirku mengingkari takdirnya. takdir yang seharusnya sejalan dengan akalku tadi.

bibirku jarang terbuka. buah-buah akalku terbungkam. aku pun tak tau. tak habis pikirku.

kian berjelaga dalam benak. rasa ingin melontar semua. tumpahkan segala tanya itu. karna aku bosan. bosan disini. melulu hanya berdesis. merental bibir tetangga tuk mengucap tanya.  lalu bagaimana dengan milikku. sudahlah. malas meributkan ini.

sejatinya. semua itu lahir dari asa. dari mau. dari tekad. mungkin ini. ya. ini yang enggan ku sanggupi. belum mampu ku matangkan. belum untuk kusejajarkan dengan usia.

untung ini zaman baru. zaman benda membudaki manusia. mungkin masih ada ruang untukku. tanya-tanya liarku. walau bibir enggan terbuka. semoga tanyaku bisa terlontar. lewat layar berdaya listrik ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline