Sebagaimana ibu masa kini lainnya, saya suka mendokumentasikan pertumbuhan anak saya. Mulai dari baru lahir, hingga sekarang usianya menginjak 5 tahun.
[caption caption="saya dan anak saya dyma, hampir setiap minggu kami berjalan-jalan mengunjungi suatu tempat di jakarta. dengan biaya tebatas biasanya saya ajak ke taman, museum, atau rumah neneknya"][/caption]
Dari proses merekam kegiatannya itulah, saya menyadari bahwa anak saya berkembang sedikit berbeda dengan anak seusianya. Dia baru bisa mengucapkan mama dan bapak ketika usianya 2 tahun. Di usia yang seharusnya dia sudah bisa komunikasi dua arah, dia malah lebih suka mengeluarkan kata-kata yang tidak dimengerti seperti “bahasa planet”. Dia juga selalu bergerak kesana kemari seperti tanpa lelah. Kadang terlihat seperti dia bermain dengan bayangannya sendiri. Punya rasa penasaran yang sangat tinggi terhadap apapun. Dan suka mengamati lift hingga berjam-jam lamanya. Terus terang karena prilaku inilah membuat saya kesulitan untuk pergi dengan anak saya ke tempat-tempat umum maupun ke rumah-rumah kerabat.
[caption caption="dyma bisa mengamati lift hingga berjam-jam"]
[/caption]
Hingga akhirnya saya memutuskan untuk membawanya ke beberapa dokter dan Psikolog anak. Hasilnya anak saya didiagnosa High Fungtioning ASD (autis syndrome disorder) yang berarti dia anak dengan sindrom autis namun bisa berkomunikasi dan berfungsi seperti anak –anak kebanyakan.
[caption caption="salah satu ciri anak dengan ASD adalah "flapping hand" mengepakan tangan apabila tertarik sesuatu, atau saat masuk ke "dunianya""]
[/caption]
Selain dia belum bisa berkomusikasi seperti anak seumurnya, bagi saya dia punya kelebihan. Dia suka menyusun pola dan gambar dari benda-benda yang tidak lazim seperti tusuk gigi, paku, dan tangkai sayuran. Dia punya ingatan yang kuat terhadap jalan dan tempat yang pernah dilaluinya. Dan suka mengarang irama ataupun lagi dengan “bahasanya” sendiri. Seorang dokter anak senior mengatakan kepada saya untuk merekamnya dan menuliskannya ke sebuah.[caption caption="biasanya saya mengajak dia berjalan kaki cukup jauh ketika sore hari, untuk menyalurkan energinya. dyma jarang tidur siang"]
[/caption]
Karena saya terlalu malas J untuk membuat sebuah blog, jadilah saya lebih sering memotret anak saya dan menyalurkannya ke akun Instagram saya @dymalahati dengan hashtag #OTRwithmyson.
sebenarnya cukup sulit untuk memotret anak saya, karena dia selalu bergerak, bahkan sering kabur dari saya apabila di tempat umum. Jadi rasanya repot kalau harus membawa kamera dslr. Jadilah saya harus berpuas dengan kamera yang ada di smartphone saya. Permasalahannya adalah kualitas foto yang dihasilkan dari smartphone tersebut kurang memadai bagi saya. Pixel yang rendah dan kurang rapat, tidak menghasilkan foto yang sempurna karena itu saya membutuhkan smartphone dengan kamera yang berkualitas tinggi.
[caption caption="apabila senja hari, dyma sering bertanya kepada saya, "mataharinya kemana?""]
[/caption]
Begitu saya melihat spesifikasi dari Sony Xperia™ M5 Dual, saya terpesona. Wow 21,5 megapiksel ini bahkan lebih besar dari piksel beberapa kamera dslr. Dengan iso hingga 3200 kita tidak akan mendapat foto yang jelek di dalam ruangan yang kurang cahaya. Kemudian tahan air, sangat cocok dengan saya ibu yang suka bawa anaknya berenang dan ke pantai. Tidak perlu khawati lagi smartphone kita kebasahan atau terjatuh ke air. Yang paling menyenangkan adalah masa pakai baterai hingga 2 hari. Selamat tinggal powerbank yang merepotkan, dan charger yang harus dibawa kemana-kemana, karena kebanyakan smartphone sekarang minimal harus dua kali diisi ulang baterainya.