Lihat ke Halaman Asli

Kendala-kendala serta Keluhan Siswa SMA Selama Pembelajaran Daring 2021/2021

Diperbarui: 23 Juli 2021   12:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pada tahun 2021, pembelajaran bagi siswa sekolah baik sekolah dasar sampai sekolah menengah masih diberlakukan secara daring. Terlebih pada saat ini trend COVID-19 semakin meningkat. Para siswa masih harus tetap bersabar menunggu pandemi ini berakhir untuk bisa melaksanakan pembelajaran seperti biasanya. Hal ini memang dilakukan untuk mengurangi jumlah terkonfirmasi COVID-19 sebagai salah satu cara pemerintah untuk mengatasinya.

Pembelajaran daring ini selintas memang masih sama dengan pembelajaran pada biasanya. Guru sama-sama memberikan pelajaran atau ilmu kepada siswa sesuai mata pelajaran yang ada. Bedanya memang dari segi penyampaiannya. Pembelajaran tatap muka memberikan keluasan yang lebih bagi siswa dan guru untuk berinteraksi secara intens. Namun ternyata pada pembelajaran daring, banyak hal yang sangat terasa berbeda baik bagi siswa maupun pada guru. Guru harus lebih cermat untuk memilih strategi yang tepat digunakan untuk pembelajaran daring ini. Dengan strategi yang kurang tepat, bisa saja pelajaran atau ilmu yang disampaikan kurang bisa dimengerti atau bahkan tidak dimengerti oleh siswa sendiri.

Di zaman sekarang memang sepertinya banyak platform atau media yang bisa digunakan untuk guru melaksanakan pembelajaran daring, misalnya lewat Google Meet, Zoom, dan media conference sejenisnya. Untuk pemberian tugas bisa menggunakan Google Classroom, grup Whats App, dan sebagainya. Namun ternyata media-media yang beragam itu ternyata masih kurang bagi siswa untuk mendapatkan pembelajaran dibandingkan pembelajaran secara tatap muka seperti biasanya. Para siswa SMA mengeluhkan masih kurang memahami bahkan tidak memahami materi-materi yang disampaikan guru secara luring.

“Mumet, udah gitu kadang ga ngerti sama materinya, pengen sekolah langsung.”

Menurut Alikha, salah satu murid SMA yang berkeluh kesah tentang pembelajaran daring yang telah ia lewati. Ia bercerita bahwa selama pembelajaran daring memang guru memberikan materi tidak hanya terfokus pada satu media atau platform, ada yang menjelaskan via voice notes Whats App, video dari Youtube, penugasan lewat Google Classrom, dan sebagainya. Namun meski dengan media yang beragam, Alikha masih ingin menjalani pembelajaran secara tatap muka, karena menurutnya materi yang diajarkan lebih mudah dipahami.

Menjadi tugas lebih bagi guru untuk menghadirkan pembelajaran yang lebih menarik namun mudah dipahami oleh siswa di masa daring seperti ini. Hal ini bisa dilakukan dengan penggunaan media yang lebih beragam lagi, tidak hanya dengan WA Grup atau media video conference saja, bisa juga menggunakan media seperti Wordwall atau Quizziz. Kedua media tersebut bisa dijadikan bahan referensi penggunakan media dalam hal pemberian tugas, kuis atau ulangan harian sederhana. Guru juga bisa menggunakan media Bandicam untuk tanyangan video yang bisa menampilkan materi berbetuk slide interaktif dengan konten yang menarik.

Ada juga siswa lain yang sependapat dengan Alikha, yaitu Ayu.

“Enakkan langsung menurut Ayu, ke satu banyak godaan, terus tugas yg dikasih juga kadang  nerap (dimengerti) kadang ngga, soalnya beda dari cara ngejelasinnya.”

Menurut salah satu siswa yang satu sekolah dengan Alikha dan Ayu, yaitu Cindy. Ia mengatakan bahwa selama pembelajaran daring via conference juga tidak selamanya berjalan efektif. Banyak siswa yang sering tidak mengikuti kelas. Ia menjelaskan alasannya karena :

“Kebanyakan nya belum pada bangun kalo zoom nya jam 7 klo siang suka pada kemana gitu ada yang lagi diluar atau apa, soalnyaa susah sekarang mah pusing dikasih zoom keadaan dirumah.”

Ia menjelaskan, keadaan rumah juga ternya menjadi faktor kurang efektifnya pembelajaran daring. Hal ini juga yang harus menjadi perhatian guru. Bisa dilakukan dengan pemantauan, siswa mana saja yang jarang mengikuti kelas. Lalu bisa dilakukan konseling atau sharing, hambatan apa yang ia lewati hingga ia tidak mengikuti kelas. Siswa-siswa tersebut mungkin memang sudah sewajarnya menjadi perhatian lebih dari guru itu sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline