Lihat ke Halaman Asli

"Percuma Ekonomi Merdeka"

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Percuma ekonomi tumbuh, tapi tidak merata. " Dirilis oleh account twitter : @menterigaul

Percuma pendidikan tinggi mencetak sarjana melimpah, tapi pengangguran juga melimpah. Badan Pusat Statistik merilis, per Februari 2010, angka pengangguran terbuka mencapai 8,59 juta orang. Sebanyak 1,22 juta orang atau 14,24 persen di antaranya adalah sarjana. percuma tingkat inflasi rendah, tapi banyak rakyat yang masih makan nasi aking. Salah satu ekonom dari UGM mengatakan bahwa pada 7 tahun terakhir, harga pangan di Indonesia cenderung meningkat. Bahkan hingga mencapai 50%.

Percuma ada beras raskin, kalo rakyat miskin mau ngambil harus ngasih setoran ke pak lurah. Bukannya dipermudah memperoleh haknya, beras untuk rakyat miskin justru dijadikan proyek oleh para birokrat. Mulai dari lurah hingga kaum bulog, semuanya turut bermain dengan proyek mencapai milyaran rupiah. Uang dan hak rakyat miskin. Percuma ada jaminan kesehatan buat rakyat miskin, kalau mau nebus obat harus tetap bayar juga. Tidak dapat dipungkiri, di beberapa daerah ada diskriminasi serta adanya pungutan liar terhadap pasien yang menggunakan Surat Keterangan Miskin (SKM) dan Surat Pernyataan Miskin (SPM). Percuma GDP Indonesia masuk 20 besar dunia kalau kepemilikan aset asing di Indonesia masih tinggi. tahun 2010 kontribusi PDB dari perusahaan asing tinggal 2,82 persen.

Percuma tingkat pendapatan per kapita meningkat, kalau yang kaya tetap makin kaya, yang miskin tetap makin miskin. Tidak dapat dipungkiri, pendapatan perkapita yang diakumulasikan dari jumlah pendapatan rakyat indonesia, lalu dibagi rata. Tidak bisa dilihat mana yang tingkat kekayaannya meningkat, mana yang menurun. Faktanya, orang kaya di Indonesia dapat dengan mudah memperkaya diri mereka. Namun, rakyat jelata yang miskin, untuk mencukupi kehidupan pokoknya saja dari waktu ke waktu makin sulit. Percuma Indek Harga Saham Gabungan melonjak, kalau transaksi didominasi dana asing. Faktanya, IHSG akan menurun jika dana dari asing ditarik dari lantai bursa. Dan sebaliknya, ketika asing kembali beramai-ramai memainkan uangnya di lantai bursa nasional, IHSG dapat dengan mudah melonjak ke tren positif. Percuma anggaran infrastruktur ditingkatkan, kalau cuma jalanan di Pulau Jawa yang dihaluskan. Banyak rakyat mengeluh atas pembangunan infrastruktur. Rakyat Indonesia, bukan rakyat kalimantan, sulawesi, sumatera, atau papua. Rakyat yang juga menginginkan daerah yang ditinggalinya dibangun seperti wilayah di Jawa, atau bahkan di jakarta.

Percuma negeri ini punya menteri perdagangan,kalau menterinya lebih suka impor dari cina ketimbang menggunakan produk nasional. Impor produk industri dari China selama 2010 mencapai 18,5 persen dari total impor atau naik 33 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan ekspor Indonesia ke China hanya 8,21 persen dibandingkan total ekspor, walaupun nilainya naik 34 persen. Nilai impor Indonesia dari China selama 2010 mencapai USD20,424 miliar, atau naik 45,86 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Percuma ekspor indonesia meningkat, kalo barang yang diekspor barang mentah. Tak ada nilai tambah. Percuma anak bangsa bikin mobil nasional, kalau pemerintah lebih suka pakai mobil jepang dan eropa. Percuma negara optimis indonesia bebas krisis ekonomi, kalau pengusaha dipersulit menjalankan bisnisnya. Percuma punya dirjen pajak, kalau orang pajak nyambi jadi konsultan pajak yang membantu kalangan elit menurunan jatah pajaknya. Percuma menteri perdagangan bikin tagline 100% cinta indonesia, kalau barang di pasar kebanyakan "made in china" semua.

Percuma punya pertamina, kalo direksi pertamina sendiri sekarang didominasi bule rambut pirang. Percuma punya pertamina kalo harga bensin nonsubsidi dari Shell, Petronas, sama Total masih lebih murah. Percuma ada pertamina, kalo blok-blok minyak di madura, kalimantan, sulawesi, NTT yang ngebor exxon sama chevron. Percuma ada PT Aneka Tambang kalo buat ngeruk emas di Papua masih dimonopoli sama Freeportnya Amerika Serikat. Percuma barang tambang di Indonesia melimpah, kalau hasil tambang lari ke asing semua.

Percuma masih ada emas di tanah Papua, kalau rakyat Papua masih kekurangan sarana hidup layak. Percuma ada tambang minyak di Sabang, kalau orang Sabang harus berenang dulu ke Lhoksumawe buat cari makan. Percuma ada tambang batu bara di kalimantan, kalo jalanan di kalimantan 90% masih lumpur becek. "Percuma ada APBN, kalau disusun berdasarkan lobi-lobi politik kalangan silit di kementerian dan DPR" Indonesia secara de jure sudah merdeka. Namun secara de facto, masih banyak rakyat yang merasa terjajah oleh asing dan bangsanya sendiri. ~MenteriGaul

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline