Lihat ke Halaman Asli

Whichever One You Feed

Diperbarui: 26 September 2016   15:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Whichever One You Feed, sumber: dok.pribadi

'An old Cherokee is teaching his grandson about life. "A fight is going on inside me," he said to the boy.

"It is a terrible fight and it is between two wolves. One is evil--he is anger, envy, sorrow, regret, greed, arrogance, self-pity, guilt, resentment, inferiority, lies, false pride, superiority, and ego." He continued, "The other is good--he is joy, peace, love, hope, serenity, humility, kindness, benevolence, empathy, generosity, truth, compassion, and faith. The same fight is going on inside you--and inside every other person, too."

The grandson thought about it for a minute and then asked his grandfather, "Which wolf will win?"

The old Cherokee simply replied, "The one you feed."'

Seperti kebanyakan orang, perkenalan saya dengan rutinitas olah raga dimulai dari ketidaknyamanan yang saya rasakan pada tubuh saya. Selain mudah terkena penyakit, saya juga selalu terganggu oleh nyeri haid yang luar biasa setiap bulan. Lalu saya pun juga gampang sekali merasa capek, hampir selalu merasa kurang istirahat sepanjang hari.

Tapi dari semua ketidaknyamanan tersebut, hanya satu hal yang paling ampuh menyulut semangat saya untuk mulai berolah raga: kesadaran bahwa bentuk tubuh saya sangat jauh dari sempurna. Apalagi, sebagai perempuan, saya sangat akrab dengan perbincangan basa-basi yang tidak jauh dari komentar akan penampilan visual.

Yang tidak saya ketahui ketika itu adalah bahwa bentuk tubuh yang saya idamkan tidak akan terwujud secara instan. Melihat ukuran tubuh saya yang tidak kunjung membaik setelah beberapa saat rutin berolah raga, saya langsung meningkatkan intensitas olah raga saya baik dari segi durasi maupun tingkat kesulitan gerakannya. Harapan saya hanya satu, yaitu bentuk tubuh yang ideal semakin cepat terpampang ketika saya melihat ke cermin.

Ajaibnya, yang akhirnya terjadi justru sebaliknya. Bentuk tubuh saya tetap gitu-gitu aja, tapi orang-orang di sekitar saya malah memiliki komentar baru:

"Perasaan lo udah rajin olah raga macem-macem Syn, kok masih aja paha lo gede?"

Butuh waktu cukup lama bagi saya untuk dapat menyesuaikan antara ego saya dalam hal penampilan dan ego saya dalam berolah raga. Terus terang, saya tidak pernah menyadari betapa banyaknya mitos seputar olah raga yang beredar sampai saya benar-benar mencobanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline