Di dalam Al-Qur'an, Surat Al-Ikhlas berada pada urutan ke-112. Terdiri dari 4 ayat yang pokok isinya adalah menegaskan tentang keesaan Allah (Tuhan), dan sekaligus menolak segala bentuk penyekutuan terhadap-Nya.
Kalimat inti dari Surat Al-Ikhlas ini adalah, Allahu ahad dan Allahush-shamad. Yang dalam bahasa Indonesianya adalah Allah Maha Esa dan Allah tempat bergantung.
Di artikel ini, saya mencoba menafsirkan Surat Al-Ikhlas adalah dalam rangka dan upaya meng-kontekstual-kan makna Surat tersebut ke dalam realitas kehidupan nyata, yakni sebagai berikut:
Qul huallahu ahad (1)
- "Katakanlah bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa"
>>> Allah, Tuhan Yang Maha Tunggal di atas segala-galanya. Maka konsekuensinya adalah bahwa dalam konteks pembangunan perilaku setelah manusia berikrar (syahadad) untuk menjadi hamba Allah (mukmin), maka sudah seharusnya bersatu dalam satu kesatuan yang tak terpecah belah, hidup menurut tali Allah, berjuang mewujudkan tatanan sesuai dengan segala ketentuan-Nya. Yakni, menjadi umat yang bersatu dalam model tatanan yang mempersatukan berbagai umat.
Hubungkan dengan:
>>> Bismillahir-rahmaanir-rahim. (QS Al-Fatihah (1):1)
"Dengan (atas) nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."
*Siap menjadi mukmin yang setiap perilakunya selalu karena atas nama Allah (Tuhan) dengan segala ketentuan-Nya.
>>> ... hablu minallah -- berpegang teguh terhadap tali Allah.
>>> wa'tashimuu bihablillahi jamii'aw wa laa tafarrakuu wazkuruu ni'matallahi 'alaikum izkungtum a'daaa-ang fa allafa baina quluubikum fa asbahtum bini'matihiii ikhwaanaa, wa kungtum 'ala syafaa hufratim minan naari fa angqazakum min-haa, kazaalika yubayyinullahu lakum aayaatiihii la'alakum tahtaduun.