Lihat ke Halaman Asli

Sejak Dulu Begitu

Diperbarui: 15 Desember 2023   12:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: id.pngtree.com

Kalau hanya bicara
Hanya dalam kata-kata
Teruntai pantulkan pesona
Siapapun bisa

Apalagi 'tlah terbiasa
Hanya duduk di belakang meja
Berlanjut berdiri dari podium ke podium
Dari mimbar ke mimbar
Ataupun dari ruang kelas ke ruang kelas
Berwicara menggelinding nyaris tanpa bising
Siapapun jadi takjub terkesima

Namun, ketika ditatapkan pada fakta realita
Ternyata kosong melompong, tiada wujud tiada tepi
Sang kebanyakan pun sempat terbuai
Dalam kungkungan mimpi dan pengharapan palsu
Terbius karena buta tuli mata telinga
Yang tak pernah disentuh oleh secercah cahaya
Terdiamkan dan terpedaya

Pilihlah saya!
Ya, apa yang bisa kau penuhi bagi kami?
Keadilan dan kemakmuranlah!
Koq, sedari dulu kami masih seperti ini?
Ya, sebab dulu bukan saya!

Retorika bersilat lidah pun dimaikannya
Demi hasrat yang tak ingin terbendung dan membabi buta
Akan sebuah kekuasaan yang harus digenggam
Sementara, sang kebanyakan tak berdaya
Dengan sorot mata kepasrahan, tak kuasa harus bagaimana ....

*****

Kota Malang, Desember di hari kelima belas, Dua Ribu Dua Puluh Tiga.

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline