Tentang pilu rasa hati bagai diiris sembilu
Kali ini adalah memang kenyataan hidup dalam kehidupan
Di kala kita mendapatkan hembusan beraroma impian dan harapan
Menuju keadilan
Menuju kemakmuran
Menuju kesejahteraan
Lukisan kehidupan sorgawi
Siapakah yang tak terbuai olehnya?
Yang terurai di pamflet-pamflet
Yang terdengar dari pidato-pidato di atas podium dan mimbar
Semuanya tak lebih hanyalah dalam kampanye dan propaganda belaka
Jelang pemilu yang selalu berujung mengharu biru
Mengapa?
Sebab tak seindah dengan apa yang dinyanyikan, disyairkan dan dikisahkan
Kala menyambut pesta demokrasi berbau terasi
Dua belas kali telah kita selenggarakan
Namun, apa yang telah dicapai?
Terwujudkah tatanan hidup saling kasih sayang dan saling memakmurkan
Seperti yang dikampanyekan dan dipropagandakan?
Mari kita jujur saja!
Tak pernah terwujud di alam nyata ...
Omong doang, energi dan waktupun terbuang
Akhirnya, jauh panggang dari api, pungguk merindukan bulan ...
*****
Kota Malang, Mei di hari kedua puluh, Dua Ribu Dua Puluh Tiga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H