Suatu ketika, Rabu, 08 Maret 2023, saya diminta bantuan oleh tetangga untuk bersedia menyertai perjalanan menuju Pamekasan, Madura. Bukan hanya sekedar menyertai atau mendampingi, namun sekaligus agar berkenan menjadi driver.
"Lho, koq saya yang pegang setir?" tanyaku bernada heran.
"Ya, Pakdhe, minta tolong. Tak keberatan kan, Pakdhe?" jawab si Hendra bernada memohon.
Bukan tanpa sebab, kenapa saya yang sudah gaek ini justru diharapkan pegang setir. Karena mereka (Hendra dan istrinya, Tika dan Donny), sama-sama tak ada yang punya SIM.
Sementara, kemauan untuk melakukan perjalanan ke Pamekasan, Madura, tak bisa dibendung, dan kesempatan mereka pas pada Rabu, 08 Maret hingga Kamis, 09 Maret 2023 saja.
Lebih dari itu, ketidakbisaan mereka selain hari dan tanggal dimaksud, terkait dengan pekerjaan sebagai karyawan swasta. Kecuali Donny yang masih sebagai pelajar SMK.
Tepat pukul 00:00 WIB, berangkatlah saya bersama 5 orang (Hendra dan istrinya + anaknya, laki-laki yang masih berusia 4 tahun, Donny, dan Tika). Mobil meluncur dengan kecepatan sedang-sedang saja membelah waktu dini hari, dari Kota Malang menuju Pamekasan.
Setelah melintasi Jembatan Suramadu, memasuki Kabupaten Bangkalan, Hendra mengajak rehat sejenak, singgah di kedai kopi guna mengusir rasa jenuh dan ngantuk demi penyegaran serta kenyamanan dalam melanjutkan perjalanan. Waktu masih menunjukkan pukul 03:00 WIB, Kamis, 09 Maret 2023.
Tiba di Pamekasan, pada pukul 05:30 WIB. Rehat di sebuah pom bensin, sekalian mengisi BBM mobil. Satu jam berikutnya, sampailah pada tujuan perjalanan, yakni Lapas Narkotika Pamekasan, 06:30 WIB.
Dalam rangka apa? Membezuk tetangga terpidana kasus Narkoba yang divonis 7 tahun penjara. Tetangga yang terpidana ini, adalah kerabat dari yang mengajak saya, Hendra, yang secara geneologis, masih ada hubungan keponakan dengan si Hendra. Satu kampung dengan saya, hanya beda RT.