Lihat ke Halaman Asli

Menang atau Kalah, Itu Biasa

Diperbarui: 11 Januari 2023   13:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: stockphoto.com

Sesuatu yang tak nyaman untuk diungkapkan bagi yang merasa tertohok lantaran mengandung sindiran ataupun kritikan, maka lebih baik dikemas dalam model humor dan kelakar, demi menghindari munculnya sakit hati bagi yang tertohok atas apa yang diungkapkan. Begitulah, humor dan kelakar itu selalu mengelinding terus, tanpa ada hambatan yang signifikan setiap kali diartikulasikan secara lisan maupun tulisan. Ketersinggungan pun bisa ditahan dan diredam, selama tidak kebablasan.

Kali ini, debat kusir yang sekaligus beserta andongnya, antara si Jhon dengan si Paneri, masih belum beranjak pada topik "Nasib Timnas Garuda Kita di Ajang Piala AFF 2022" yang agenda perhelatannya hingga memasuki tahun 2023, tepatnya pada 16 Januari 2023 sebagai puncak perhelatan partai Final Leg-2, entah timnas mana yang akan sukses mencapai final, dari 4 timnas yang telah menjalani partai semifinal leg-1, yakni Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Indonesia.

Jhon    : "Prakiraan sampeyan bijimana, Ri terhadap perjalanan timnas bola kita nanti saat bertanding lawan timnas Nguyen pada leg-2 yang rencananya dilangsungkan di Vietnam, di Stadion My Dinh, Hanoi, 09 Januari 2023?" 

Paneri: "Sebegitunya, yo sampeyan ngikuti perkembangan timnas bola kita di ajang Piala AFF, sampai-sampai pada jadwal, tempat bertanding serta stadionnya. Benar-benar kuat daya ingat sampeyan, alias di luar kepala dalam menyebutkannya? Hehehe ..."

Jhon    : "Lha iyo laah ... Gitu, koq sampeyan bilang ayas ini ra nasionalis, tak peduli dengan nasionalisme bola tanah air. Nasionalisme yang manalagikah yang hendak sampeyan persoalkan, hayoo ..?"   

Paneri: "Lho, mulai ungkit-ungkit lagi perdebatan kita tempo hari, yo?" 

Jhon    : "Yo, mestilaah ... Wong, sampeyan sendiri yang nggarai dengan menyoal nasionalisme terhadap diri ayas punya jiwa. Ngono, kan? Keliru besar sampeyan, Ri! Justru sikap kritis ayas terhadap timnas bola kita, adalah sebuah sikap, betapa ayas telah terlanjur cinta pada bangsa dan negeri ini. Mung, reputasi dan prestasi timnas bola kita saja yang kebangeten. Mosok, hanya berbicara di sekelas Asia Tenggara saja, selalu mblegedhes ... Wajar, toch bila ayas merasa kesal ..?!"

Paneri: "Mblegedhes bagaimana, Jhon? Hati-hati, lho sampeyan kalau ngomong. Bicara peliharah lidah, melangkah peliharalah kaki ... Timnas kita yang kali ini, bertabur pemain bintang yang merumput di luar negeri, mendatangkan pemain naturalisasi, pelatihnya pun pelatih kelas dunia, Shin Tae-yong asal Korea bukan Kroya, lho ..? Ngawut saja sampeyan bilang mblegedhes ..?"

Jhon    : "Lhah, lhah, lhah ... Ri, Ri ... Sudut pandang sampeyan terhadap timnas bola kita sudah kadaluarsa, gak update lagi. Sampeyan gampang terpesona oleh berita dari media. Tentang pemain bintang, naturalisasi, pelatih kelas dunia, bla bla bla ... Nyatanya apa? Di sepanjang gelaran Piala AFF semenjak 1998 yang kali ini memasuki edisi ke-14, dan selama rentang waktu 13 edisi, timnas kita belum pernah sekalipun menyabet juara? Sementara, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Singapura sudah pernah merasakannya. Sedangkan timnas kita ..?! Kenyataan apalagikah yang hendak dipungkiri, Ri? Apa keliru bila ayas bilang mblegedhes?" 

Paneri: "Iya, toch? Timnas kita tak pernah Juara di ajang Piala AFF ini, toch? Berarti ya kebacut bin kebangeten itu namanya, Jhon? SDM kita OK, fasilitas penopangnya OK, anggaran dari negara dan sponsor pun OK. Mosok yo kalah dengan Singapura sebagai negara kota kecil yang wilayah daratnya beda tipis dengan DKI Jakarta, ternyata bisa jadi juara di ajang Piala AFF ..?!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline