Pembaca yang budiman, saudara-saudara sebangsa dan setanah air ...
Menyambung terhadap artikel kami sebelumnya di Bagian-1, yakni, akibat kerusakan sistem keseimbangan di bumi yang sangat parah, maka Tuhan akan segera memformat, me-reset, meng-instal ulang bumi dan kehidupan di dalamnya. Peradaban serta milyaran manusia perusak keseimbangan akan dihancurkan dan dibinasakan. Tuhan hanya akan menyisakan sedikit umat manusia untuk membangun dan mengisi peradaban baru yang lebih ideal dan seimbang.
Akankah kita menjadi bagian dari sedikit manusia-manusia yang diselamatkan oleh Tuhan?
Proses kehancuran akan dipicu dengan konflik global. Ingat, persaingan, perebutan hingga konflik antar manusia adalah awal dari berbagai bencana! Bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan akan bangkit melawan kerajaan, akan ada kelaparan dan gempa di berbagai tempat (Injil Matius BAB 24:7). Jadi, diawali dengan Perang Dunia ke-3, Perang Nuklir yang sangat dahsyat. Dampak dari Perang Nuklir akan menimbulkan krisis pangan yang sangat hebat dan mengobrak-abrik sistem keseimbangan yang melindungi bumi. Lapisan atmosfer akan rusak (QS Al-Infitar:1), dan meteor jatuh menembus atmosfer menghantam Bumi (QS Al-Infitar:2, Injil Matius BAB 24:29)). Awan menyelubungi Bumi (QS Ad-Dukhan:10-12), sinar Matahari menghilang tertutup awan pekat (QS At-Takwir:1). Bumi akan berguncang dengan sekeras-kerasnya karena dihantam dari atas dan ditekan kekuatan tektonik dari bawah. Gunung-gunung berhamburan memuntahkan isinya dan air laut meluap menimbulkan gelombang pasang ratusan hingga ribuan meter (Tsunami). Seluruh peradaban akan hancur dan milyaran manusia akan binasa. Inilah gambaran yang mengerikan akibat dari Perang Dunia ke-3 atau Perang Nuklir.
Pertanyaannya, akankah benar-benar terjadi Perang Dunia ke-3?
Tuhan sebenarnya sudah mencukupkan Bumi untuk menyejahterakan seluruh mahluk-Nya secara adil (QS Ar-Rahman:10). Namun tidak akan cukup untuk memenuhi keinginan segelintir orang-orang yang serakah. Nafsu keserakahan akan mendorong negara-negara untuk memacu pertumbuhan ekonominya. Proyek-proyek pembangunan digencarkan untuk mengejar kemajuan, meski harus dibiayai dengan utang yang sangat besar. Seiring dengan kemajuan pembangunan yang dipaksakan, gaya hidup yang semakin konsumtif, maka beban ekonomi masing-masing negara menjadi semakin sangat berat. Dan, kondisi tersebut menjadikan pondasi ekonomi negara-negara di Dunia sangat rentan terhadap krisis. Dan, negara-negara besar akan berusaha melindungi ekonominya dengan berbagai cara, meski harus menekan dan menghancurkan ekonomi negara lain.
Kita pernah merasakan bagaimana nilai Rupiah dihancurkan berkeping-keping oleh Dollar Amerika pada 1998. Amerika untung besar, barang ekspor kita menjadi sangat murah, dan impor barang dari mereka menjadi sangat mahal. Ekonomi kita menjadi babak belur, rezim Orde Baru yang berkuasa selama 32 tahun harus tumbang. Dan, IMF hadir sebagai "dokter ekonomi" yang mendikte ekonomi kita agar mengikuti pola-pola mereka. Indonesia dijadikan sebagai uji coba pola penghancuran suatu negara, termasuk penumbangan rezim melalui penghancuran ekonomi. Hal ini karena penghancuran melalui perang fisik akan menghabiskan biaya yang sangat besar dan memberatkan anggaran.
Nah, setelah mengguncang Asia Tenggara, proses penghancuran ekonomi oleh Barat bergerak ke negara-negara Arab. Gelombang unjuk rasa menuntut perbaikan ekonomi, perubahan politik yang demokratis, dan pergantian rezim yang pro Barat terjadi di Timur Tengah yang dikenal dengan peristiwa "Arab Spring". Pola tersebut pada awalnya cukup berhasil, namun pada akhirnya mendapat hadangan dari Rusia. Ketika Suriah diguncang gelombang unjuk rasa besar dan perang saudara, Rusia turun tangan dan mem-backup rezim Hafez al-Assad yang pro Rusia. Sehingga sampai saat ini rezim Assad masih bercokol kuat di Suriah. Hal sama juga dilakukan terhadap sekutu-sekutu Rusia yang lain.
Namun Rusia kecolongan di Ukraina. Negara yang sangat strategis bagi Rusia, justru rezimnya tumbang dan dikuasai rezim yang pro Barat. Inilah sebenarnya pangkal terjadinya perang Rusia-Ukraina. Invasi Rusia ke Ukraina menunjukkan bahwa Rusia telah bangkit dan siap melawan hegemoni Amerika dan para sekutunya. Dari sinilah benih-benih konflik besar telah ditebar, dan akankah benih-benih konflik itu tumbuh berkembang menjadi Perang Dunia ke-3? Ingat, di penghujung 2019 Dunia telah dihantam oleh pandemi Covid-19! Untuk mengatasi penyebarannya yang sangat cepat, sebagian negara-negara melakukan kebijakan lockdown. Pandemi mengakibatkan ekonomi dunia menjadi lumpuh sesaat. Namun ketika ekonomi telah beranjak bangkit, dihantam lagi dengan badai krisis akibat perang Rusia-Ukraina. Invasi Rusia ke Ukraina menyeret NATO cs ikut terlibat untuk membantu Ukraina dengan mengibarkan Perang Ekonomi terhadap Rusia. Embargo besar-besaran dilakukan terhadap Rusia yang berakibat terganggunya rantai pasokan sunber energi dan pangan global.
Dunia diambang krisis yang sangat parah akibat pandemi dan perang Rusia-Ukraina. Para ahli ekonomi dunia menyatakan, bahwa ekonomi global 2023 gelap gulita! Perlu diketahui dan disadari bahwa sumber dari pelbagai konflik adalah masalah ekonomi. Ketika ekonomi masih mapan, situasi kehidupan masih akan bisa kondusif. Namun bila ekonomi sudah babak belur, maka pelbagai konflik akan sangat mudah tersulut. Kehancuran ekonomi keluarga akan menyulut pertikaian dalam rumah tangga yang bisa berujung pada kekerasan dalam rumah tangga, perceraian, bahkan pembunuhan. Dalam lingkup yang lebih luas ketika negara diguncang krisis ekonomi yang dalam maka konflik sosial seperti penjarahan, anarkisme, pertumpahan darah, dan lain-lain menjadi tak terhindarkan. Hal ini sudah pernah terjadi dalam sejarah di negeri ini, mulai dari peristiwa 1965 (PKI), juga pada krisis ekonomi 1998.
Dalam lingkup yang lebih luas, bila ekonomi global mengalami krisis yang sangat dalam, maka negara-negara besar dengan berbagai upaya akan mempertahankan kondisi ekonominya agar tidak terperosok lebih dalam lagi, meski harus menekan dan menyerang negara lain. Hal inilah yang berpotensi akan menyulut konflik atau peperangan dalam skala global, atau Perang Dunia. Dan, fakta telah membuktikan bahwa Perang Dunia ke-2 sebagai perang terbesar, dalam catatan sejarah manusia adalah berlatar belakang krisis ekonomi dunia yang cukup parah. Jadi, bila pada 2023 ekonomi Dunia terperosok ke jurang resesi yang sangat dalam, di tengah benih-benih konflik global yang kian memanas, maka potensi terjadinya Perang Global sangatlah terbuka. Perang Dunia ke-3, yakni Perang Nuklir yang sangat dahsyat. Dari Perang Dunia ke-3 inilah kehancuran besar dimulai, proses memformat Bumi dijalankan, peradaban akan hancur dan milyaran manusia akan binasa.
Oleh karenanya, segera bermohon ampunlah kepada Tuhan, bertaubatlah selagi masih ada kesempatan. Jadilah hamba-hamba Tuhan yang siap berjuang yang bersama-sama membangun kehidupan seimbang. Siap dengan segala daya upaya untuk menegakkan dan mengisi ruang peradaban baru yang lebih ideal dan seimbang. Dengan demikian kita akan diselamatkan dari kepedihan dan kengerian-kengerian di Dunia serta Akhirat.