Lihat ke Halaman Asli

Kepastian, Sambutlah dengan Persiapan

Diperbarui: 16 November 2022   12:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: kompas.com

Lantaran perihal keadaan pasti, ketentuan dan ketetapan dari Sang Maha Pencipta Segala, akankah dielakkan? Akan mampukah dihindarkan? Sejarah telah bicara nyata dari masa ke masa, hingga saat ini. Betapa bencana dahsyat mengerikan luar biasa akan datang dan tiba yang tak seorangpun kuasa mencegahnya. Sebab, memang sebuah kepastian sejarah, rancangan pemilik kehidupan dan kematian.

Silakan saja membantahnya, karena itu sah-sajah saja, bagimu adalah bagimu, bagiku adalah bagiku. Tiada paksaan dalam memilih! Menerima silakan, tidak pun silakan. Biarkanlah sejarah yang akan menjawab dan membuktikannya ...

Di kala tata keseimbangan hidup baru akan hadir tegak kokoh berdiri, jelang hadir, selalu diawali dengan becana besar, dahsyat, mengerikan dan luar biasa. Perang, bencana alam dan wabah akan menghantarkannya menuju keseimbangan baru. Dan, ketimpangan demi ketimpangan yang kian menggumpal di seluruh aspek kehidupan manusialah sebagai pemicu, manakala diserukan dan diperingatkan oleh tangan-tangan Tuhan tentang kejadian, tak dihiraukan bagai tertutup dan terkunci pintu hati, pikiran, pendengaran dan pandangannya. Nafsu serakah lebih banyak berbicara dan ditonjolkannya.

Kegelapan akan datang tiba-tiba, tak disangka dan dinyana kapan saatnya menimpa. Hanya seruan dan peringatanlah yang selalu kami suarakan, karena itu memang amanah dan kami rela menjadi pengembannya karena sadar dengan sesadar-sadarnya tentang makna bila saatnya tiba sebagai kepastian dari-Nya ...

Bagi yang mau mendengar, sadar, bersyukur dan bertaubat selagi masih ada waktu, tunjukkanlah! Jawablah dengan tindakan bersiap-siap dengan rancangan pembangunan dalam penyambutannya. Meski yang lain mengabaikan, tak menggubris akan seruan dan peringatan yang telah digaunggemakan ke seantero penjuru bumi, utamanya di negeri ini ...

Belum cukupkah, seruan dan peringatan kami, dari isyarat alam yang kian menggejala sebagai tanda-tanda menuju kehancurannya?

Bagimu adalah bagimu, bagiku adalah bagiku, dan bersiaplah ...

*****

Kota Malang, November di hari keenam belas, Dua Ribu Dua Puluh Dua.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline