Maafkan hamba, ya Tuhan seru sekalian alam. Betapa hamba ini sadar dengan sepenuh-penuhnya penanggapan, bila kehidupan dan kematian adalah suatu kepastian menurut ajaran-Mu, rancangan ilmu-Mu semata. Sebagai ciptaan-Mu, hamba tak kuasa menghadang, mencegah dan menghalangi mau-Mu. Dan, kehidupan dan kematian sudah menjadi rancang bangun menurut asas kepastian dari-Mu.
Hamba-Mu, hanya bersenandung harap agar masih Engkau beri kesempatan meski hanya sejenak untuk selalu berbuat kebajikan universal. Atas diri sendiri, keluarga, bangsa serta dunia yang maha luas ini. Beri hamba kesempatan, ya Tuhan, untuk bertaubat. Beri hamba kesempatan untuk kali ini, permohonan terakhir hamba, ya Tuhan.
Karena betapa hamba ini masih merasa belum banyak berbuat kebajikan atas sesama dan semesta alam dengan nilai dan prinsip keseimbangan yang telah Engkau ajarkan. Seperti yang termaktub dalam kitab suci-Mu dan isyarat alam sebagai bagian dari ayat-ayat-Mu jua.
Masih adakah ruang dan waktu bagi hamba-Mu ini dalam bertaubat, wujud rasa syukur hamba atas segala karunia yang telah Engkau limpahkan? Bila masih ada, jangan cabut dulu nyawaku, sebab hamba-Mu belum apa-apa, belum mampu memperhitungkan arti hidup dan kehidupan seperti yang Engkau maui, memadu mau-Mu dengan mauku.
Harmonisasi antara mau-Mu dengan mauku sebagai hamba-Mu yang sudah sepatutnya selalu menghamba kepada-Mu di keseluruhan dimensi kehidupan milikmu semata ...
Tuhan, masih adakah kesempatan bagiku dari-Mu? Ataukah sudah Engkau tutup pintu taubat untukku?
Mentari masih beredar menurut orbitnya, rembulan masih pantulkan cahayanya di malam hari, bintang kemintang pun demikian, pancarkan cahaya di gulita malam. Dan, aku hamba-Mu, masih bisakah saksikan mentari, rembulan dan bintang kemintang sinari bumi seiring dengan tugas dan asas kepastian dari-Mu?
Tuhan, perkenankan senandung harap hamba-Mu ...
Semoga!
*****