Lihat ke Halaman Asli

Selamat Jalan, Ikhlas dan Ihlas

Diperbarui: 9 November 2022   04:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: pinterest.com

Bersih hati, tulus hati itulah nilai dan prinsipnya. Tak ada pamrih, apalagi kecenderungan bernuansa politis. Tidak sama sekali! Manakala mengekspresikannya, laksana di titik nol, tak kurang dan tak lebih. Pas! Sebab, kurang itu bukan harmonis, berlebihan pun bukan, belum seimbang dan pincang nan timpang, tak ideal.

Sebelum kau pergi dan takkan kembali selamanya menuju kedamaian abadi, aku tak percaya, mimpikah aku ini? Benarkah? Dan, bukan aku saja yang merasakannya. Yang lain pun demikian. Kepergianmu ke alam abadi, laksana sambaran petir di siang bolong, tanpa mendung tanpa hujan. Aku masih tak percaya, dan mereka pun tak percaya jua, berperasaan sama  ...

Sadarlah aku, demikian pula mereka, saat jasadmu ditanam, ditampung oleh bumi, dan bumi pun menerima tanpa kata menolak kepasrahanmu kepada Sang Maha Pencipta, nyata memancar tanpa kendala ...

Aku masih ingat, dan takkan pernah lupa dan alpa, saat kali terakhir bersua denganmu. Kau belikan aku bubur ayam karena menyaksikan aku terkulai di atas dipan, sakit, kurang asupan makanan. Kulahap bubur pemberianmu, dan setelah itu, esok harinya, aku menjadi bugar seperti sedia kala. Itulah kali terakhir aku dipertemukan Tuhan denganmu.

Namun, mengapa justru kau pergi lebih dulu untuk selamanya? Mengapa?

Protes pun kulayangkan kepada Tuhan. Mengapa Engkau ambil dia di usia muda, belum setengah abad? 

Apakah senandung harapku buat dia selama ini agar Engkau berikan waktu yang lebih panjang demi kebaikan yang selalu ditebartanamkan kepada sekitar, dimana dia berpijak dan berada, tak Engkau terima? Dan, kusenandungkan harap kepada-Mu, untuk kali ini penuhilah pintaku ya Tuhan, kali ini saja, jangan Kau cabut dulu nyawa dia ... 

Namun dia telah ikhlas, rela menghadap Sang Maha Pencipta kapanpun. Sepertinya begitu jelang kepergiannya, selamanya. Dari penuturan kerabat dekatnya, terucap olehnya bahwa ternyata hidup yang dijalani selama ini, hanya begini saja. 

Dia telah ikhlas bila tiba saatnya menuju keharibaan-Nya ... Dan, kita semustinya ikhlas pula agar dia tak terhalang menuju akhir perjalanan memasuki gerbang kematian milik Tuhan semata ...

Semoga!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline